Tiga hari kemudian keluarga
Nathan datang mengunjungi keluarga Reina. Om Ryan yang bertindak sebagai wali
Nathan dikarenakan papa Nathan telah lama meninggal dunia dan mamanya Nathan,
tante Nita adalah adik kandung dari om Ryan. Nathan mempunyai adik perempuan berumur
13 tahun dan bernama Michel yang mukanya mirip sekali dengan Nathan tetapi
lebih cantik. Kedatangan keluarga Nathan bermaksud meminang Reina untuk menjadi
istri Nathan dan pernikahan akan dilangsungkan 2 minggu lagi. Sebenarnya yanda
dan bunda Reina kurang setuju dengan pernikahan yang terkesan berlomba dengan
pernikahan Pras, namun setelah mereka mendiskusikan dengan Reina, Reina
menyetujui untuk pernikahan mereka yang hanya diberi waktu 2 minggu saja. Reina
tidak ingin keluarganya menjadi lebih malu kalau dia menolak pernikahan dengan
Nathan sehingga walaupun dengan hati yang berat, dia meminta orang tuanya
menyetujui permintaan keluarga Nathan. Om Ryan memeluk sahabatnya erat sekali
dan berbisik pada sahabatnya bahwa ia bangga pada keponakannya dan ia meyakinkan
yanda Reina bahwa Nathan adalah pria yang bertanggung jawab. Pras tidak hadir
diantara kerabat-kerabat Nathan, tante Sofie beralasan bahwa Pras sedang sakit
maka tidak ikut dalam rombongan. Requele yang hadir lebih banyak diam menunduk
dan selalu duduk tak jauh dari tante Sofie. Hari itu ditetapkan sebagai hari
pertunangan Nathan dengan Reina. Banyak sekali bawaan dari keluarga Nathan
sementara dikarenakan acara itu mendadak maka keluarga Reina dibantu
kerabat-kerabatnya menyediakan makanan sebaik yang mereka bisa sediakan dan
keluarga Nathan cukup puas dengan keramahan keluarga Reina. Acara dapat
terselenggara dengan baik walaupun dalam keadaan yang serba mendadak. Michel
amat suka dengan calon kakak iparnya karena Reina cepat sekali mengambil hati
gadis kecil itu. Michel bisa dengan leluasa keluar masuk kamar Reina yang penuh
dengan lolipop dan boneka-boneka kecil-kecil. Setelah acara selesai, Nathan
mengantarkan keluarganya pulang namun 1 jam kemudian dia kembali ke rumah
Reina. Keluarga Reina masih merapikan sisa-sisa acara tadi, dan Nathan dengan
sigap ikut serta keluarga Reina membersihkan rumah Reina. Setelah selesai,
mereka bercengkrama akrab sekali. Reina melihat Nathan lalu mengajak pria itu
untuk keluar rumah bersamanya. “Mau kemana?”, tanya Nathan menuju mobilnya.
Reina masuk ke mobil dan berkata, “Jalan aja dulu”. Lalu setelah mereka lama
berkendara, Nathan yang mulai berbicara. “Aku tahu hati kamu Rei. Tenang aja,
sebelum kamu menerima aku dengan hati kamu, aku tidak akan menyentuh kamu
sebagai istri. Kewajibanku yang lain sebagai suami akan aku penuhi tetapi untuk
kewajiban bathin kamu akan aku lakukan kalau kamu sudah siap”, ujar Nathan
tegas. Lega Reina mendengar kata-kata Nathan, sebenarnya ia ingin mengutarakan
hal yang sama namun ia takut Nathan akan tersinggung. “Terima kasih untuk
pengertian kamu Nat”, ujar Reina tersenyum. Nathan melirik dan tersenyum tulus
pada Reina. “Ah, sebelum lupa, kamu harus lihat rumah kita dulu, tapi kamu
harus bantu aku bersihkan rumah, uda lama engga dibersihkan”, kata Nathan
riang. “Rumah kita?”, tanya Reina tak percaya. “Ya, emang kamu mau nebeng sama
mama aku atau sama yanda kamu?”, tanya Nathan menggoda. “Engga mau si. Tapi aku
juga punya rumah dari Pras”, kata Reina pelan. “Aku tau itu. Kebetulan rumah kita
engga jauh dari rumah kamu itu. Biar rumah kamu itu mending dikontrakkan saja,
lumayan kan uangnya bisa kamu pakai buat jajan. Untuk kebutuhan kamu yang lain,
kamu pakai ini. Pinnya sama dengan tanggal lahir kamu”, kata Nathan menyerahkan
kartu ATM dari sakunya. Reina menerima kartu ATM itu, lalu berkata, “Aku
inginnya mencari sendiri biar aku puas mendapatkannya”. “Sudah, kamu akan
bekerja kalau kuliah kamu sudah selesai. Kamu bisa bekerja sama aku atau sama
om Ryan terserah kamu”, kata Nathan lagi. “Eh, ngomong-ngomong aku kok engga
tau ya kamu kerja dimana?”, ujar Reina lagi. “Masa kamu engga tau si calon
suami kamu kerja dimana? Kamu tau engga senayan city punya siapa?”, tanya
Nathan. “Engga, emang punya siapa? Punya kamu?”, tanya Reina tak percaya. “Bukan,
aku juga engga tau punya siapa”, ujar Nathan sambil nyengir. Reflek Reina
memukul lengan Nathan yang sedang menyupir itu. “Aduh, galak amat si istriku
ini”, ujarnya menggoda. “Rese kamu. Aku kira serius”, ujar Reina tersenyum.
“Aku punya travel agent dan juga event organizer. Kebetulan kalo om Ryan lagi
ada pameran dan acara dikantornya sering pake jasa EO ku”, kata Nathan
menjelaskan. “Aku kuliah sambil kerja makanya aku sering engga menemani kamu
kalo malam karena aku kerja di sore hari. Tapi si engga tiap hari karena ada
manager yang menjalankan perusahaanku dan aku tinggal datang mengecheck
kegiatan perusahaanku. Kalo ada yang nikah itu yang paling repot karena aku
juga kadang ikut terjun jadi pelayan kalo mereka kerepotan. Mama yang jadi cateringnya
jadi aku punya in dan out keluarga sendiri ya”, ujarnya riang. Reina kagum pada
Nathan dan tidak menyangka bahwa ia semuda itu telah bekerja dengan giat
sekali. Reina mengacungkan jempol tangannya. “Hebatnya suamiku”, kata Reina.
“Aku harus kerja keras untuk menghidupi mama dan Michel. Makanya mereka amat
hormat sama aku dan kadang segala keinginanku mereka penuhi. Tapi anehnya, aku
kira mama akan menentang sewaktu aku bilang aku ingin menikah dengan kamu,
engga taunya dia memang sudah memperhatikan kamu sejak di pesta keluarga
kemaren dan dia suka kamu yang amat santun sama orang tua dan terasa sekali
kamu tulus, makanya dia yang meminta waktu hanya 2 minggu untuk pernikahan
kita. Dia bilang jangan sampai Pras berubah pikiran dan merebut kamu dari aku,
makanya dia cepat sekali menghubungi kerabat-kerabat dan menyediakan semua
bawaan tadi”, kata Nathan menjelaskan. Reina tersenyum mendengarkan. Mobil
memasuki kawasan perumahan yang pernah Reina datangi dengan Pras. Melewati gang
yang menuju ke rumahnya yang dibelikan Pras, Reina mengingat hari dimana ia
menyinggahi rumah itu dan kenangannya bersama Pras. Mobil Nathan berhenti di
depan sebuah rumah berlantai 2. Rumah itu lebih besar dari rumah yang dibelikan
Pras untuknya. Nathan membuka pintu garasi dan memasukkan mobilnya ke dalam
garasi. “Eh ada nak Nathan. Ngelongok rumah ya?”, sapa tetangga Nathan, ibu
Dita. Nathan membuka pintu mobil untuk Reina sambil berkata, “Iya nih bu,
sambil bawa istri liat rumah”. “Oh ini istrinya nak Nathan? Cantiknya”, puji
ibu Dita. “Sore ibu, saya Reina, baru calon istri”, kata Reina membalas sapaan
ibu Dita. “Tapi kan 2 minggu lagi resmi jadi Ny. Nathan Hutama”, kata Nathan
lagi menggoda Reina yang membuat Reina tersipu malu. “Oh kalian akan menikah 2
minggu lagi? Jangan lupa undang-undang loh”, kata ibu Dita lagi. “Tentu saja
ibu, pasti kok, tetangga di sini pasti Insya ALLAH diundang”, kata Nathan lagi.
Nathan memang lebih ramah pada orang lain sehingga gampang berbaur dimanapun
dia, agak sedikit berbeda dengan Pras yang agak memilih kawan. “Mari bu, masuk
dulu, mau membersihkan rumah dulu biar nanti bersih kalo pindah”, kata Nathan
lagi. “Iya nak, silakan”, kata ibu Dita tersenyum dan dia pun juga masuk ke
dalam rumahnya. “Ibu Dita itu suaminya ketua RT sini, dia orangnya ramah dan
hampir tidak suka bergosip. Anak laki-lakinya ada yang bekerja di perusahaan om
Ryan dan kebetulan aku yang mengenalkan makanya dia selalu membantu aku
mengawasi rumah kita ini”, ujar Nathan menjelaskan. Kemudian Nathan membuka
pintu dan menyalakan semua lampu di rumahnya. Di rumah itu hanya ada 3 kamar, 1
kamar dibawah dan 2 kamar dilantai atas. “Kita bisa pakai kamar di atas, satu
untuk kamu dan satu untuk aku, jadi kalau ada kawanpun yang main tidak akan
terlalu mencolok kalau kita lain kamar”, kata Nathan lagi. Reina langsung
mengambil sapu dan menyapu lantai rumah itu. Rumah itu masih kosong belum ada
furniturenya, jadi sebentar saja Reina sudah selesai menyapu dilantai bawah
rumah itu. Nathan lalu melanjutkan dengan mengepel lantai rumahnya sambil
menyetel musik dari MP3 Playernya yang disetel lumayan keras. Music-music slow
terdengar diseluruh ruang rumah karena rumah masih kosong hingga suara music
menjadi bergema. Setelah selesai mengepel lantai bawah, Nathan lalu menyusul
Reina yang sedang ada dilantai atas. Ternyata Reina sedang memandang keluar
jendela dari kamar depan. “Apa yang kamu liat Rei”, sapa Nathan tiba-tiba. “Aku
ingin kamar ini ya Nat. Sepertinya kamar ini membawa kedamaian karena seperti
kamarku yang menghadap ke arah luar rumah”, kata Reina lagi. Nathan menghampiri
Reina, “Ya sudah, kamar ini menjadi kamarmu. Untuk furniturenya besok kita cari
di toko mebel ya, terserah kamu”, kata Nathan lagi. Kemudian mereka melanjutkan
membersihkan rumah dengan suasana hati yang tenang sehingga pekerjaan mereka
itu cepat selesai. Tak lama bel berbunyi dan Nathan cepat-cepat membukakan
pintu dan membayar pesanannya. Dia berteriak kepada Reina, “Rei, makan dulu ni.
Enak loh gudeg buatan bu Endang”. Reina datang menghampiri, dan melihat makanan
itu Reina langsung sedih karena sewaktu ia bersama Pras di rumah itu pun
dipesankan gudeg dari tempat yang sama, tapi buru-buru Reina menyembunyikan
kesedihannya. Dia sudah bertekat untuk melupakan Pras dan meninggalkan cintanya
kepada Pras dilubuk hatinya yang terdalam.
Hari
bahagia itupun tiba, hari pernikahan antara Nathan dengan Reina, hari Minggu
adalah hari pilihan mereka. Mereka menikah dipagi hari dengan yanda Reina yang
menikahkan mereka. Nathan mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan om Ryan
bertindak sebagai saksi pernikahan mereka. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi
di rumah Reina. Sengaja mereka tidak menyewa gedung ataupun tempat resepsi
dikarenakan permintaan orang tua Reina yang menginginkan pernikahan putrinya
dilangsungkan di rumah. EO Nathan yang mengatur semua acara mulai dari akad
nikah, acara adat yang menggunakan adat sunda sesuai dengan adat yanda Reina
dan acara Resepsi. Semua bernuansa biru sesuai dengan warna kesukaan Reina,
mulai dari kursi-kursi para tamu, pelaminan hingga pakaian seragam keluarga.
Reina begitu cantik sewaktu akad nikah dengan menggunakan kebaya putihnya dan
semakin cantik dengan pakaian pengantin berwarna biru muda. Sewaktu acara
santai, dimana para undangan banyak yang berfoto dengan pengantin, diantara
hadirin yang datang, Pras datang dengan Requele. Dia tampak berjalan tanpa
menggandeng Requele, sementara Requele hanya merengut dibelakangnya. Ketika
sampai di depan pengantin, Pras memeluk Nathan erat sekali. “Titip dia, jaga
dia ya”, bisiknya. “Sekarang Reina tanggung jawab gw, jadi loe engga usa
khawatir. Yang harus loe khawatirin perempuan dibelakang loe sekarang”, balas
Nathan pelan. Kemudian Pras beralih menatap Reina dengan pandangan penuh
cintanya dan penuh dengan kesedihan. “Selamat ya sa... Reina”, ulur tangan Pras
yang disambut dengan senyum Reina. Hampir saja Pras memanggil Reina dengan
sebutan sayang seperti yang biasa ia lakukan. Keduanya merasakan pilu
dikarenakan perpisahan yang terpaksa oleh keadaan. Senyum Reina memang
dipaksakan karena hatinya pilu melihat orang yang dicintainya bersama perempuan
lain dan bukan orang yang menikahinya. Bunda tau buah hatinya menangis dibalik
senyumnya, sehingga ia bersembunyi dibalik punggung yanda Reina, menitikkan air
matanya. Requele yang tau itu menyetuh lengan Pras untuk menyadarkan keduanya
agar segera melepaskan pegangannya. Requele mengucapkan selamat kepada Nathan
yang disambut senyum dingin Nathan. Reina agak bingung kenapa suaminya begitu
dingin kepada Requele, tidak seperti biasanya yang selalu ramah pada siapapun,
bahkan saat inipun tamunya banyak sekali yang datang bahkan kawan-kawannya yang
jauh pun datang untuk menghadiri pesta pernikahannya. Pras dan Requele hanya
sebentar menghadiri pesta itu karena Pras tidak tahan melihat orang yang dicintainya
bersama orang lain dan lebih tidak tahan dengan tatapan keluarga yang memandang
sinis kepadanya. Acara hari itu berlangsung meriah dan sangat melelahkan
dikarenakan tamu-tamu yang datang sepertinya tidak henti-hentinya. Bagusnya
mama Nathan telah memperkirakannya sehingga makanan yang disediakan pun banyak
dan semua tamu mendapatkan hidangan sesuai selera mereka. Hanya sedikit sisa
makanan pada pesta itu dan itupun akhirnya habis dibawa keluarga dekat pulang
dikarenakan mereka menyukai masakan mama Nathan yang memang enak. Tepat jam
sepuluh malam, acara benar-benar usai dan pengantin telah melepaskan pakaian
raja dan ratu sehari mereka. Setelah pesta berakhir, EO Nathan begitu sigap
membereskan semuanya sehingga hampir tidak ada sampah yang tertinggal. Rumah
Reinapun kembali bersih dan semua perlengkapan pesta telah dikemas dan akan
segera dibawa kembali ke gudang EO Nathan. Setelah semua beres, karyawan Nathan
kemudian pamit dan tak lupa mengucapkan selamat kepada bos yang amat bersahabat dengan mereka. Keluarga Nathan dan
keluarga Pras pun kemudian pamit diikuti dengan keluarga-keluarga lainnya.
Sekarang tinggal pengantin baru itu dan keluarga kecil Reina lainnya sedang
melepaskan penat seharian. “Mau makan Nat?”, tanya Reina kepada suaminya. “Engga
deh. Aku mau minum susu aja kalo boleh”, jawab Nathan yang duduk di ruang
tengah menonton TV. Lalu Reina berjalan menuju dapur dan membuatkan susu coklat
hangat untuk Nathan. “Bunda dan yanda tidur duluan ya, cape banget seharian.
Besok libur akh, engga sanggup sama tamu-tamu kalian yang banyak banget”, kata
yanda. “Aduh maaf ya, jadi nyusahin yanda”, kata Nathan tulus. “Hahaha, yanda
malah seneng karena ternyata menantu yanda ini terkenal juga ya. Banyak yang
muji kamu dan mereka rata-rata berterima kasih karena pernah kamu tolong. Yanda
bangga sama kamu. Yanda tidur dulu ya, ayo bun”, kata yanda yang lalu
menggandeng bunda masuk ke kamar. Aditya sudah masuk kamarnya sejak tadi karena
besok dia harus sekolah pagi. Bagusnya Reina dan Nathan besok sudah masuk libur
semesteran dan baru akan masuk lagi 1 bulan ke depan. Reina lalu menghidangkan
susu coklat hangat dan roti bakar dengan isi coklat untuk Nathan yang sedang
sibuk menonton acara sepak bola di TV. “Nonton dikamar aja ya, biar bisa sambil
tiduran. Kamu kan cape”, ajak Reina yang disetujui oleh Nathan. Lalu Reina
mengambil remote TV dan mematikan TV nya. Lalu dia memeriksa pintu depan
menguncinya seperti yang selalu dia lakukan dan kembali menuju ke kamarnya.
Nathan masih berdiri di depan pintu kamar Reina yang tertutup. “Kok engga
masuk?”, tanya Reina yang langsung membuka pintu dan diikuti oleh Nathan yang
membawa susu dan rotinya. “Kan tanganku penuh”, katanya dengan nada menggoda.
Lalu Reina menutup pintu kamarnya dan menyalakan TV dengan acara yang sama yang
tadi Nathan tonton. Nathan menaruh susu dan rotinya diatas meja kecil disamping
tempat tidur Reina. Dia lalu duduk dipinggir tempat tidur dan matanya menyapu
sekeliling kamar yang penuh dengan boneka-boneka kecil dan ada sekantung permen
lolipop diatas meja belajar Reina. “Aku tidur dilantai aja ya?”, katanya kepada
Reina. “Jangan, tidur samping aku aja. Dibawah dingin kalau malam. Aku engga
akan ngompol kok, jadi kamu engga usah takut kebasahan”, goda Reina. Dia lalu
merebahkan tubuhnya yang letih diatas tempat tidur dan Nathan pun kemudian
merebahkan tubuhnya disamping Reina. Mereka saling diam tapi kemudian Reina
langsung menutup matanya dan cepat sekali dia tidur sementara Nathan menatap
wajah Reina yang terlelap dalam tidurnya. “Aku akan menunggumu dan akan
menjagamu dengan hatiku. Aku mencintaimu dengan hatiku. Cintaku hanya untukmu
Reina”, bisiknya pelan.
0 komentar:
Posting Komentar