Selasa, 17 April 2018

CINTA UNTUK REINA PART 7


Tiga hari kemudian keluarga Nathan datang mengunjungi keluarga Reina. Om Ryan yang bertindak sebagai wali Nathan dikarenakan papa Nathan telah lama meninggal dunia dan mamanya Nathan, tante Nita adalah adik kandung dari om Ryan. Nathan mempunyai adik perempuan berumur 13 tahun dan bernama Michel yang mukanya mirip sekali dengan Nathan tetapi lebih cantik. Kedatangan keluarga Nathan bermaksud meminang Reina untuk menjadi istri Nathan dan pernikahan akan dilangsungkan 2 minggu lagi. Sebenarnya yanda dan bunda Reina kurang setuju dengan pernikahan yang terkesan berlomba dengan pernikahan Pras, namun setelah mereka mendiskusikan dengan Reina, Reina menyetujui untuk pernikahan mereka yang hanya diberi waktu 2 minggu saja. Reina tidak ingin keluarganya menjadi lebih malu kalau dia menolak pernikahan dengan Nathan sehingga walaupun dengan hati yang berat, dia meminta orang tuanya menyetujui permintaan keluarga Nathan. Om Ryan memeluk sahabatnya erat sekali dan berbisik pada sahabatnya bahwa ia bangga pada keponakannya dan ia meyakinkan yanda Reina bahwa Nathan adalah pria yang bertanggung jawab. Pras tidak hadir diantara kerabat-kerabat Nathan, tante Sofie beralasan bahwa Pras sedang sakit maka tidak ikut dalam rombongan. Requele yang hadir lebih banyak diam menunduk dan selalu duduk tak jauh dari tante Sofie. Hari itu ditetapkan sebagai hari pertunangan Nathan dengan Reina. Banyak sekali bawaan dari keluarga Nathan sementara dikarenakan acara itu mendadak maka keluarga Reina dibantu kerabat-kerabatnya menyediakan makanan sebaik yang mereka bisa sediakan dan keluarga Nathan cukup puas dengan keramahan keluarga Reina. Acara dapat terselenggara dengan baik walaupun dalam keadaan yang serba mendadak. Michel amat suka dengan calon kakak iparnya karena Reina cepat sekali mengambil hati gadis kecil itu. Michel bisa dengan leluasa keluar masuk kamar Reina yang penuh dengan lolipop dan boneka-boneka kecil-kecil. Setelah acara selesai, Nathan mengantarkan keluarganya pulang namun 1 jam kemudian dia kembali ke rumah Reina. Keluarga Reina masih merapikan sisa-sisa acara tadi, dan Nathan dengan sigap ikut serta keluarga Reina membersihkan rumah Reina. Setelah selesai, mereka bercengkrama akrab sekali. Reina melihat Nathan lalu mengajak pria itu untuk keluar rumah bersamanya. “Mau kemana?”, tanya Nathan menuju mobilnya. Reina masuk ke mobil dan berkata, “Jalan aja dulu”. Lalu setelah mereka lama berkendara, Nathan yang mulai berbicara. “Aku tahu hati kamu Rei. Tenang aja, sebelum kamu menerima aku dengan hati kamu, aku tidak akan menyentuh kamu sebagai istri. Kewajibanku yang lain sebagai suami akan aku penuhi tetapi untuk kewajiban bathin kamu akan aku lakukan kalau kamu sudah siap”, ujar Nathan tegas. Lega Reina mendengar kata-kata Nathan, sebenarnya ia ingin mengutarakan hal yang sama namun ia takut Nathan akan tersinggung. “Terima kasih untuk pengertian kamu Nat”, ujar Reina tersenyum. Nathan melirik dan tersenyum tulus pada Reina. “Ah, sebelum lupa, kamu harus lihat rumah kita dulu, tapi kamu harus bantu aku bersihkan rumah, uda lama engga dibersihkan”, kata Nathan riang. “Rumah kita?”, tanya Reina tak percaya. “Ya, emang kamu mau nebeng sama mama aku atau sama yanda kamu?”, tanya Nathan menggoda. “Engga mau si. Tapi aku juga punya rumah dari Pras”, kata Reina pelan. “Aku tau itu. Kebetulan rumah kita engga jauh dari rumah kamu itu. Biar rumah kamu itu mending dikontrakkan saja, lumayan kan uangnya bisa kamu pakai buat jajan. Untuk kebutuhan kamu yang lain, kamu pakai ini. Pinnya sama dengan tanggal lahir kamu”, kata Nathan menyerahkan kartu ATM dari sakunya. Reina menerima kartu ATM itu, lalu berkata, “Aku inginnya mencari sendiri biar aku puas mendapatkannya”. “Sudah, kamu akan bekerja kalau kuliah kamu sudah selesai. Kamu bisa bekerja sama aku atau sama om Ryan terserah kamu”, kata Nathan lagi. “Eh, ngomong-ngomong aku kok engga tau ya kamu kerja dimana?”, ujar Reina lagi. “Masa kamu engga tau si calon suami kamu kerja dimana? Kamu tau engga senayan city punya siapa?”, tanya Nathan. “Engga, emang punya siapa? Punya kamu?”, tanya Reina tak percaya. “Bukan, aku juga engga tau punya siapa”, ujar Nathan sambil nyengir. Reflek Reina memukul lengan Nathan yang sedang menyupir itu. “Aduh, galak amat si istriku ini”, ujarnya menggoda. “Rese kamu. Aku kira serius”, ujar Reina tersenyum. “Aku punya travel agent dan juga event organizer. Kebetulan kalo om Ryan lagi ada pameran dan acara dikantornya sering pake jasa EO ku”, kata Nathan menjelaskan. “Aku kuliah sambil kerja makanya aku sering engga menemani kamu kalo malam karena aku kerja di sore hari. Tapi si engga tiap hari karena ada manager yang menjalankan perusahaanku dan aku tinggal datang mengecheck kegiatan perusahaanku. Kalo ada yang nikah itu yang paling repot karena aku juga kadang ikut terjun jadi pelayan kalo mereka kerepotan. Mama yang jadi cateringnya jadi aku punya in dan out keluarga sendiri ya”, ujarnya riang. Reina kagum pada Nathan dan tidak menyangka bahwa ia semuda itu telah bekerja dengan giat sekali. Reina mengacungkan jempol tangannya. “Hebatnya suamiku”, kata Reina. “Aku harus kerja keras untuk menghidupi mama dan Michel. Makanya mereka amat hormat sama aku dan kadang segala keinginanku mereka penuhi. Tapi anehnya, aku kira mama akan menentang sewaktu aku bilang aku ingin menikah dengan kamu, engga taunya dia memang sudah memperhatikan kamu sejak di pesta keluarga kemaren dan dia suka kamu yang amat santun sama orang tua dan terasa sekali kamu tulus, makanya dia yang meminta waktu hanya 2 minggu untuk pernikahan kita. Dia bilang jangan sampai Pras berubah pikiran dan merebut kamu dari aku, makanya dia cepat sekali menghubungi kerabat-kerabat dan menyediakan semua bawaan tadi”, kata Nathan menjelaskan. Reina tersenyum mendengarkan. Mobil memasuki kawasan perumahan yang pernah Reina datangi dengan Pras. Melewati gang yang menuju ke rumahnya yang dibelikan Pras, Reina mengingat hari dimana ia menyinggahi rumah itu dan kenangannya bersama Pras. Mobil Nathan berhenti di depan sebuah rumah berlantai 2. Rumah itu lebih besar dari rumah yang dibelikan Pras untuknya. Nathan membuka pintu garasi dan memasukkan mobilnya ke dalam garasi. “Eh ada nak Nathan. Ngelongok rumah ya?”, sapa tetangga Nathan, ibu Dita. Nathan membuka pintu mobil untuk Reina sambil berkata, “Iya nih bu, sambil bawa istri liat rumah”. “Oh ini istrinya nak Nathan? Cantiknya”, puji ibu Dita. “Sore ibu, saya Reina, baru calon istri”, kata Reina membalas sapaan ibu Dita. “Tapi kan 2 minggu lagi resmi jadi Ny. Nathan Hutama”, kata Nathan lagi menggoda Reina yang membuat Reina tersipu malu. “Oh kalian akan menikah 2 minggu lagi? Jangan lupa undang-undang loh”, kata ibu Dita lagi. “Tentu saja ibu, pasti kok, tetangga di sini pasti Insya ALLAH diundang”, kata Nathan lagi. Nathan memang lebih ramah pada orang lain sehingga gampang berbaur dimanapun dia, agak sedikit berbeda dengan Pras yang agak memilih kawan. “Mari bu, masuk dulu, mau membersihkan rumah dulu biar nanti bersih kalo pindah”, kata Nathan lagi. “Iya nak, silakan”, kata ibu Dita tersenyum dan dia pun juga masuk ke dalam rumahnya. “Ibu Dita itu suaminya ketua RT sini, dia orangnya ramah dan hampir tidak suka bergosip. Anak laki-lakinya ada yang bekerja di perusahaan om Ryan dan kebetulan aku yang mengenalkan makanya dia selalu membantu aku mengawasi rumah kita ini”, ujar Nathan menjelaskan. Kemudian Nathan membuka pintu dan menyalakan semua lampu di rumahnya. Di rumah itu hanya ada 3 kamar, 1 kamar dibawah dan 2 kamar dilantai atas. “Kita bisa pakai kamar di atas, satu untuk kamu dan satu untuk aku, jadi kalau ada kawanpun yang main tidak akan terlalu mencolok kalau kita lain kamar”, kata Nathan lagi. Reina langsung mengambil sapu dan menyapu lantai rumah itu. Rumah itu masih kosong belum ada furniturenya, jadi sebentar saja Reina sudah selesai menyapu dilantai bawah rumah itu. Nathan lalu melanjutkan dengan mengepel lantai rumahnya sambil menyetel musik dari MP3 Playernya yang disetel lumayan keras. Music-music slow terdengar diseluruh ruang rumah karena rumah masih kosong hingga suara music menjadi bergema. Setelah selesai mengepel lantai bawah, Nathan lalu menyusul Reina yang sedang ada dilantai atas. Ternyata Reina sedang memandang keluar jendela dari kamar depan. “Apa yang kamu liat Rei”, sapa Nathan tiba-tiba. “Aku ingin kamar ini ya Nat. Sepertinya kamar ini membawa kedamaian karena seperti kamarku yang menghadap ke arah luar rumah”, kata Reina lagi. Nathan menghampiri Reina, “Ya sudah, kamar ini menjadi kamarmu. Untuk furniturenya besok kita cari di toko mebel ya, terserah kamu”, kata Nathan lagi. Kemudian mereka melanjutkan membersihkan rumah dengan suasana hati yang tenang sehingga pekerjaan mereka itu cepat selesai. Tak lama bel berbunyi dan Nathan cepat-cepat membukakan pintu dan membayar pesanannya. Dia berteriak kepada Reina, “Rei, makan dulu ni. Enak loh gudeg buatan bu Endang”. Reina datang menghampiri, dan melihat makanan itu Reina langsung sedih karena sewaktu ia bersama Pras di rumah itu pun dipesankan gudeg dari tempat yang sama, tapi buru-buru Reina menyembunyikan kesedihannya. Dia sudah bertekat untuk melupakan Pras dan meninggalkan cintanya kepada Pras dilubuk hatinya yang terdalam. 

Hari bahagia itupun tiba, hari pernikahan antara Nathan dengan Reina, hari Minggu adalah hari pilihan mereka. Mereka menikah dipagi hari dengan yanda Reina yang menikahkan mereka. Nathan mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan om Ryan bertindak sebagai saksi pernikahan mereka. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi di rumah Reina. Sengaja mereka tidak menyewa gedung ataupun tempat resepsi dikarenakan permintaan orang tua Reina yang menginginkan pernikahan putrinya dilangsungkan di rumah. EO Nathan yang mengatur semua acara mulai dari akad nikah, acara adat yang menggunakan adat sunda sesuai dengan adat yanda Reina dan acara Resepsi. Semua bernuansa biru sesuai dengan warna kesukaan Reina, mulai dari kursi-kursi para tamu, pelaminan hingga pakaian seragam keluarga. Reina begitu cantik sewaktu akad nikah dengan menggunakan kebaya putihnya dan semakin cantik dengan pakaian pengantin berwarna biru muda. Sewaktu acara santai, dimana para undangan banyak yang berfoto dengan pengantin, diantara hadirin yang datang, Pras datang dengan Requele. Dia tampak berjalan tanpa menggandeng Requele, sementara Requele hanya merengut dibelakangnya. Ketika sampai di depan pengantin, Pras memeluk Nathan erat sekali. “Titip dia, jaga dia ya”, bisiknya. “Sekarang Reina tanggung jawab gw, jadi loe engga usa khawatir. Yang harus loe khawatirin perempuan dibelakang loe sekarang”, balas Nathan pelan. Kemudian Pras beralih menatap Reina dengan pandangan penuh cintanya dan penuh dengan kesedihan. “Selamat ya sa... Reina”, ulur tangan Pras yang disambut dengan senyum Reina. Hampir saja Pras memanggil Reina dengan sebutan sayang seperti yang biasa ia lakukan. Keduanya merasakan pilu dikarenakan perpisahan yang terpaksa oleh keadaan. Senyum Reina memang dipaksakan karena hatinya pilu melihat orang yang dicintainya bersama perempuan lain dan bukan orang yang menikahinya. Bunda tau buah hatinya menangis dibalik senyumnya, sehingga ia bersembunyi dibalik punggung yanda Reina, menitikkan air matanya. Requele yang tau itu menyetuh lengan Pras untuk menyadarkan keduanya agar segera melepaskan pegangannya. Requele mengucapkan selamat kepada Nathan yang disambut senyum dingin Nathan. Reina agak bingung kenapa suaminya begitu dingin kepada Requele, tidak seperti biasanya yang selalu ramah pada siapapun, bahkan saat inipun tamunya banyak sekali yang datang bahkan kawan-kawannya yang jauh pun datang untuk menghadiri pesta pernikahannya. Pras dan Requele hanya sebentar menghadiri pesta itu karena Pras tidak tahan melihat orang yang dicintainya bersama orang lain dan lebih tidak tahan dengan tatapan keluarga yang memandang sinis kepadanya. Acara hari itu berlangsung meriah dan sangat melelahkan dikarenakan tamu-tamu yang datang sepertinya tidak henti-hentinya. Bagusnya mama Nathan telah memperkirakannya sehingga makanan yang disediakan pun banyak dan semua tamu mendapatkan hidangan sesuai selera mereka. Hanya sedikit sisa makanan pada pesta itu dan itupun akhirnya habis dibawa keluarga dekat pulang dikarenakan mereka menyukai masakan mama Nathan yang memang enak. Tepat jam sepuluh malam, acara benar-benar usai dan pengantin telah melepaskan pakaian raja dan ratu sehari mereka. Setelah pesta berakhir, EO Nathan begitu sigap membereskan semuanya sehingga hampir tidak ada sampah yang tertinggal. Rumah Reinapun kembali bersih dan semua perlengkapan pesta telah dikemas dan akan segera dibawa kembali ke gudang EO Nathan. Setelah semua beres, karyawan Nathan kemudian pamit dan tak lupa mengucapkan selamat kepada bos yang amat  bersahabat dengan mereka. Keluarga Nathan dan keluarga Pras pun kemudian pamit diikuti dengan keluarga-keluarga lainnya. Sekarang tinggal pengantin baru itu dan keluarga kecil Reina lainnya sedang melepaskan penat seharian. “Mau makan Nat?”, tanya Reina kepada suaminya. “Engga deh. Aku mau minum susu aja kalo boleh”, jawab Nathan yang duduk di ruang tengah menonton TV. Lalu Reina berjalan menuju dapur dan membuatkan susu coklat hangat untuk Nathan. “Bunda dan yanda tidur duluan ya, cape banget seharian. Besok libur akh, engga sanggup sama tamu-tamu kalian yang banyak banget”, kata yanda. “Aduh maaf ya, jadi nyusahin yanda”, kata Nathan tulus. “Hahaha, yanda malah seneng karena ternyata menantu yanda ini terkenal juga ya. Banyak yang muji kamu dan mereka rata-rata berterima kasih karena pernah kamu tolong. Yanda bangga sama kamu. Yanda tidur dulu ya, ayo bun”, kata yanda yang lalu menggandeng bunda masuk ke kamar. Aditya sudah masuk kamarnya sejak tadi karena besok dia harus sekolah pagi. Bagusnya Reina dan Nathan besok sudah masuk libur semesteran dan baru akan masuk lagi 1 bulan ke depan. Reina lalu menghidangkan susu coklat hangat dan roti bakar dengan isi coklat untuk Nathan yang sedang sibuk menonton acara sepak bola di TV. “Nonton dikamar aja ya, biar bisa sambil tiduran. Kamu kan cape”, ajak Reina yang disetujui oleh Nathan. Lalu Reina mengambil remote TV dan mematikan TV nya. Lalu dia memeriksa pintu depan menguncinya seperti yang selalu dia lakukan dan kembali menuju ke kamarnya. Nathan masih berdiri di depan pintu kamar Reina yang tertutup. “Kok engga masuk?”, tanya Reina yang langsung membuka pintu dan diikuti oleh Nathan yang membawa susu dan rotinya. “Kan tanganku penuh”, katanya dengan nada menggoda. Lalu Reina menutup pintu kamarnya dan menyalakan TV dengan acara yang sama yang tadi Nathan tonton. Nathan menaruh susu dan rotinya diatas meja kecil disamping tempat tidur Reina. Dia lalu duduk dipinggir tempat tidur dan matanya menyapu sekeliling kamar yang penuh dengan boneka-boneka kecil dan ada sekantung permen lolipop diatas meja belajar Reina. “Aku tidur dilantai aja ya?”, katanya kepada Reina. “Jangan, tidur samping aku aja. Dibawah dingin kalau malam. Aku engga akan ngompol kok, jadi kamu engga usah takut kebasahan”, goda Reina. Dia lalu merebahkan tubuhnya yang letih diatas tempat tidur dan Nathan pun kemudian merebahkan tubuhnya disamping Reina. Mereka saling diam tapi kemudian Reina langsung menutup matanya dan cepat sekali dia tidur sementara Nathan menatap wajah Reina yang terlelap dalam tidurnya. “Aku akan menunggumu dan akan menjagamu dengan hatiku. Aku mencintaimu dengan hatiku. Cintaku hanya untukmu Reina”, bisiknya pelan.

0 komentar:

Posting Komentar