Selasa, 17 April 2018

CINTA UNTUK RAINA PART 5


Minggu pagi, Pras sudah tiba di rumah Reina. Dia menjemput gadis itu pagi sekali. Reina berdandan serapi mungkin sebelum menemui Pras. “Pagi sayang”, sapa Pras. “Mau kemana pagi-pagi amat”, tanya Reina. “Ada acara keluarga di rumah, jadi aku jemput kamu. Tadi mama dan papa juga suruh jemput kamu, mereka sudah bicara lewat telp dengan yanda kamu”, ujarnya menjelaskan. “Ada acara apa? Engga apa kalau aku datang? Kan keluarga semua?”, tanya Reina lagi. “Loh kamu lupa kamu siapa? Kamu kan calon menantu keluarga besar Ryan Hadisubroto”, kata Pras lagi menyebutkan nama papanya. “Ya uda, aku ganti baju dulu”, ujar Reina kemudian dia masuk lagi ke kamarnya. Dia memakai blus biru muda yang kemarin dibelikan Pras untuknya dipasangkan dengan celana bahan warna hitam. Reina memoleskan tipis make up diwajahnya dan memakai liptik yang berwarna natural. Pras terpesona melihat penampilan Reina pagi itu. Lalu kemudian Reina dan Pras pamit dan mereka kemudian menaiki mobil dan menuju rumah Pras di kawasan perumahan elit.Sesampainya di rumah Pras, Reina menemui kedua orang tua Pras dan mencium tangan mereka tanda hormatnya. Dan Praspun melakukan hal yang sama. “Cantik sekali kamu nak, engga salah deh kami menjodohkan kamu dengan Pras. Cantik hatimu yang memancarkan kecantikan ragamu”, puji tante Sofie, mama Pras. Rona merah meliputi wajah Reina karena tersipu malu. “Calon istri siapa dulu dong”, ujar Pras sambil merangkul pinggang Reina erat. Beberapa kerabat ada yang sudah Reina kenal dikarenakan pernah bertemu di RS waktu papa Pras jatuh sakit. Sisanya baru ia kenal setelah Pras memperkenalkan mereka. Ada Nathan disana, memperhatikan Reina sejak tadi. Ketika Reina duduk sendiri di pojok taman rumah Pras, Nathan menghampirinya. “Cantik”, ujarnya singkat lalu duduk disamping Reina sambil matanya tidak lepas dari wajah Reina. “Hei kamu Nat. Sama siapa? Sama Requele?”, tanya Reina berusaha setenang mungkin dan berusaha melupakan kata-kata Nathan kemarin. “Iya, sama Requele. Dia lagi ada disana, berbincang dengan mamaku”, ujarnya menunjuk sosok Requele yang sedang berbincang-bincang akrab sekali dengan seorang ibu yang walaupun separuh baya namun tetap cantik. “Ada apa kamu dengan Pras?”, tanya Nathan menyelidik. “Kenapa?”, balik tanya Reina. “Kalian terlihat berbeda sekarang”, ujar Nathan lagi dengan nada cemburu. “Kami akan menikah”, kata Reina singkat. Muka Nathan memerah menahan marah dan cemburu. “Menikah? Secepat itu memutuskan? Atau ada paksaan”, ujarnya dengan nada marahnya. Reina menatap Nathan, lalu berujar, “Aku mencintai Pras dan aku baru menyadarinya sekarang. Makanya aku mau menikah bersama Pras”, ujar Reina lembut. “Tolong, masalah kita, kita bicarakan besok. Ini bukan tempat kita untuk membicarakannya, ini acara keluarga jangan buat masalah menjadi lebih rumit”, ujar Reina lagi. Nathan berusaha mengendalikan emosinya. “Baik, besok kita bicara. Kamu jangan menghindar lagi seperti kemarin”, ujar Nathan lalu meninggalkan Reina sendiri menuju mamanya dan Requele. Tak lama Reina melihat keduanya berjalan keluar meninggalkan rumah Pras. Pras datang menghampiri Reina. “Kenapa dengan Nathan?”, tanya Pras kepada Reina. Reina hanya tersenyum lalu meminum syrupnya tanpa berkata apapun. Pras lalu menggenggam tangan Reina erat, dan ia berjongkok disamping Reina. “Aku percaya sama kamu. Selesaikan masalahmu dengan Nathan. Aku tau semuanya, Nathan telah mengatakannya padaku semalam. Aku tau bagaimana kamu telah menghindarinya kemarin”, ujar Pras lembut. Reina menatap Pras tak percaya, dia merasa pria yang sedang memegang tangannya erat ini berubah banyak. Dia menjadi lebih lembut dan lebih pengertian, tidak seperti yang pertama kali ia kenal sebelumnya, selalu misterius dan gampang sekali emosi. Hari itu dilewati Reina dengan baik, dan kedua orang tua Pras amat bangga sekali mengenalkan calon menantu mereka pada kerabat-kerabat mereka. Pras juga tak lepas selalu berada disamping Reina dan memeluknya dengan erat, menunjukkan kemesraan mereka pada kerabatnya.

Senin siang Nathan telah menunggu Reina ditempat biasa ia menunggu. Reina kemudian menghampiri Nathan yang sedang tertunduk diam sambil mendengarkan musik di telinganya. Kawan-kawan disekitarnya tak berani mengganggu karena mereka tau mood Nathan sedang tidak baik. Icha yang melihat Reina lalu berjalan mendekati Reina dan berkata pada gadis itu. “Moodnya lagi engga enak tu, daritadi gampang tersinggung. Tumben, engga biasanya Nathan seperti itu”, ucapnya pelan. Reina tersenyum, “Lagi dateng bulan kali”, candanya. Icha tersenyum mendengar canda Reina, “Iya kale ya, hehehe”. “Ajak kemana gih biar moodnya senang lagi, biasanya kalo liat kamu, moodnya langsung bagus lagi, mumpung kuliah selanjutnya kosong ni”, kata Icha lagi. “Tenang, aku tau kuncinya Nathan, diputer dikit juga ntar dia bisa joget-joget kaya boneka india yang suka dijual di pasar”, seloroh Reina yang disambut tawa Icha. Kawan-kawan Nathan menatap mereka berdua engga percaya. Nathan mengangkat mukanya dan menatap Reina dalam sekali. Tidak ada senyum manis yang biasa ia tunjukkan kepada Reina, hanya kemurungan diwajahnya. Reina dan Icha langsung menghampiri gerombolan mereka. “Mau jalan Nathan? Aku dah lapar ni”, ujar Reina riang. Nathan membuka earphonenya dan memasukkannya kedalam tasnya, lalu dia bangun dari duduknya, mengambil tangan Reina dan menariknya mengikuti langkahnya menuju ke parkiran. Icha berbisik pelan ke Reina, “Semangat ya” dan teman-teman lainnya juga memberikan dukungan pada Reina. Kemudian keduanya masuk ke mobil dan meninggalkan halaman kampus mereka. Nathan hanya diam sepanjang perjalanan, dan Reina berusaha setenang mungkin menghadapi sikap diam Nathan itu. Dia menyetel music slow di CD Player mobil Nathan. Lagu-lagu romantis yang selalu dia dengar bila ada dimobil Nathan. Nathan melirik memperhatikan apa yang Reina perbuat, Nathan kemudian tersenyum saat melirik Reina yang sedang mencoba memoles lipstik tetapi lipstiknya malah belepotan dibibirnya, hingga ia menjadi seperti badut. Lalu dengan kesal Reina menghapus lipstiknya dan melirik kepada Nathan yang tersenyum karena melirik pada tingkahnya. “Nah gitu dong Nat. Jadi ganteng lagi tersenyum gitu. Senyum kamu manis banget”, goda Reina. Tangan kirinya menjulur kearah pipi Nathan menyentuhnya lembut. Nathan melirik melihat gelang pemberiannya tidak ada ditangan itu membuatnya kecewa lagi. Dia hanya diam saja sepanjang perjalanan. Mereka menuju daerah pinggir pantai Ancol karena disana banyak tempat yang tenang untuk berbicara dari hati ke hati. Sesampainya di pinggir pantai, Nathan memarkir mobilnya dan Reina turun dari mobil menuju tempat duduk yang nyaman dipinggir pantai ini. Tak banyak orang disana dan Reina duduk ditempat yang lumayan teduh memandang laut lepas. Tak lama Nathan menghampirinya menyodorkan satu porsi burger yang ternyata dia pesan dari tempat dia parkir mobil tadi. “Makan ini dulu, nanti baru makan nasi”, katanya pelan dan dia duduk disamping Reina sambil meminum minuman soda. Reina tersenyum dan mulai menyantap burgernya, tapi ia kemudian menyadari kalau Nathan tidak makan apa-apa. “Kamu engga makan?”, tanya Reina menghentikan makannya. “Engga, masih kenyang”, kata Nathan. “Makan berdua aku aja ya?”, Kata Reina lalu dia mencoba memotong burgernya menjadi 2 tapi malah membuat tangannya belepotan dengan makananya. “Akh malah kaya gini”, ujarnya kesal. Nathan kemudian menyodorkan tisu dan dia membersihkan tangan Reina dengan tisu itu. Lalu dia membersihkan pipi Reina yang terkena saus dari burgernya. “Kamu ya, malah jadi berantakan gitu deh”, omelnya. Telaten sekali Nathan membersihkan tangan dan muka Reina sementara Reina hanya tersenyum melihat wajah Nathan yang tampak khawatir. Tak lama terdengar suara gaduh dari Restoran tak jauh dari tempat mereka. Dari tempat mereka duduk, Reina melihat ada Pras disana, dia bangkit dari duduknya dan Nathan pun melihat hal yang sama. Disana Pras tampak sedang mencium seorang wanita dan kemudian memeluknya diantara kilatan lampu kamera wartawan yang mengelilinginya. Kaget Reina melihat tunangannya melakukan hal itu, dan lebih kagetnya lagi ternyata yang dicium oleh Pras adalah Requele. Nathan juga kaget lalu ia memeluk Reina erat. Reina berusaha melepaskan diri untuk memastikan penglihatannya tapi Nathan benar-benar berusaha melindunginya agar tidak menyaksikan hal yang amat menyakiti hati Reina itu. Dari seberang sana ternyata Pras melihat ke arah Reina dan ia kaget sekali melihat Reina yang berada dipelukan Nathan tapi dia kemudian memalingkan wajahnya pura-pura tidak melihat dan tetap tersenyum kepada para wartawan yang mengelilinginya. Nathan lalu membimbing Reina masuk ke mobilnya lalu ia membawa pergi Reina dari tempat itu. Tak lama ada pesan masuk di BB Nathan, “Tolong jaga dia untukku. Aku ada masalah”, pesan Pras. Hancur hati Reina menyaksikan tunangan yang mulai dicintainya menyakitinya bercumbu dengan perempuan lain di depan matanya. Sampai di rumah, Reina segera berlari masuk ke dalam kamarnya dan membuat bingung seisi rumah. Nathan hanya memberikan alasan karena Reina sedang letih makanya dia buru-buru masuk kamar dan kemudian dia pamit pada keluarga Reina. Sebelum pergi, Nathan berhenti dan memandang ke arah jendela kamar Reina. Samar-samar dibalik hordeng kamar Reina, Nathan melihat bahwa gadis itu sedang tertelungkup diatas tempat tidurnya menangis. “Maafkan aku yang tak sengaja ikut menyakitimu dengan membawamu ketempat yang salah”, ucapnya pelan. Lalu kemudian Nathan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Pras. Dia akan membuat perhitungan dengan pria itu.

0 komentar:

Posting Komentar