Minggu pagi, Pras sudah
tiba di rumah Reina. Dia menjemput gadis itu pagi sekali. Reina berdandan
serapi mungkin sebelum menemui Pras. “Pagi sayang”, sapa Pras. “Mau kemana
pagi-pagi amat”, tanya Reina. “Ada acara keluarga di rumah, jadi aku jemput
kamu. Tadi mama dan papa juga suruh jemput kamu, mereka sudah bicara lewat telp
dengan yanda kamu”, ujarnya menjelaskan. “Ada acara apa? Engga apa kalau aku
datang? Kan keluarga semua?”, tanya Reina lagi. “Loh kamu lupa kamu siapa? Kamu
kan calon menantu keluarga besar Ryan Hadisubroto”, kata Pras lagi menyebutkan
nama papanya. “Ya uda, aku ganti baju dulu”, ujar Reina kemudian dia masuk lagi
ke kamarnya. Dia memakai blus biru muda yang kemarin dibelikan Pras untuknya
dipasangkan dengan celana bahan warna hitam. Reina memoleskan tipis make up
diwajahnya dan memakai liptik yang berwarna natural. Pras terpesona melihat
penampilan Reina pagi itu. Lalu kemudian Reina dan Pras pamit dan mereka
kemudian menaiki mobil dan menuju rumah Pras di kawasan perumahan elit.Sesampainya
di rumah Pras, Reina menemui kedua orang tua Pras dan mencium tangan mereka
tanda hormatnya. Dan Praspun melakukan hal yang sama. “Cantik sekali kamu nak,
engga salah deh kami menjodohkan kamu dengan Pras. Cantik hatimu yang
memancarkan kecantikan ragamu”, puji tante Sofie, mama Pras. Rona merah
meliputi wajah Reina karena tersipu malu. “Calon istri siapa dulu dong”, ujar
Pras sambil merangkul pinggang Reina erat. Beberapa kerabat ada yang sudah
Reina kenal dikarenakan pernah bertemu di RS waktu papa Pras jatuh sakit.
Sisanya baru ia kenal setelah Pras memperkenalkan mereka. Ada Nathan disana,
memperhatikan Reina sejak tadi. Ketika Reina duduk sendiri di pojok taman rumah
Pras, Nathan menghampirinya. “Cantik”, ujarnya singkat lalu duduk disamping
Reina sambil matanya tidak lepas dari wajah Reina. “Hei kamu Nat. Sama siapa?
Sama Requele?”, tanya Reina berusaha setenang mungkin dan berusaha melupakan
kata-kata Nathan kemarin. “Iya, sama Requele. Dia lagi ada disana, berbincang
dengan mamaku”, ujarnya menunjuk sosok Requele yang sedang berbincang-bincang
akrab sekali dengan seorang ibu yang walaupun separuh baya namun tetap cantik.
“Ada apa kamu dengan Pras?”, tanya Nathan menyelidik. “Kenapa?”, balik tanya
Reina. “Kalian terlihat berbeda sekarang”, ujar Nathan lagi dengan nada
cemburu. “Kami akan menikah”, kata Reina singkat. Muka Nathan memerah menahan
marah dan cemburu. “Menikah? Secepat itu memutuskan? Atau ada paksaan”, ujarnya
dengan nada marahnya. Reina menatap Nathan, lalu berujar, “Aku mencintai Pras
dan aku baru menyadarinya sekarang. Makanya aku mau menikah bersama Pras”, ujar
Reina lembut. “Tolong, masalah kita, kita bicarakan besok. Ini bukan tempat
kita untuk membicarakannya, ini acara keluarga jangan buat masalah menjadi
lebih rumit”, ujar Reina lagi. Nathan berusaha mengendalikan emosinya. “Baik,
besok kita bicara. Kamu jangan menghindar lagi seperti kemarin”, ujar Nathan
lalu meninggalkan Reina sendiri menuju mamanya dan Requele. Tak lama Reina
melihat keduanya berjalan keluar meninggalkan rumah Pras. Pras datang
menghampiri Reina. “Kenapa dengan Nathan?”, tanya Pras kepada Reina. Reina
hanya tersenyum lalu meminum syrupnya tanpa berkata apapun. Pras lalu
menggenggam tangan Reina erat, dan ia berjongkok disamping Reina. “Aku percaya
sama kamu. Selesaikan masalahmu dengan Nathan. Aku tau semuanya, Nathan telah
mengatakannya padaku semalam. Aku tau bagaimana kamu telah menghindarinya
kemarin”, ujar Pras lembut. Reina menatap Pras tak percaya, dia merasa pria
yang sedang memegang tangannya erat ini berubah banyak. Dia menjadi lebih
lembut dan lebih pengertian, tidak seperti yang pertama kali ia kenal
sebelumnya, selalu misterius dan gampang sekali emosi. Hari itu dilewati Reina
dengan baik, dan kedua orang tua Pras amat bangga sekali mengenalkan calon
menantu mereka pada kerabat-kerabat mereka. Pras juga tak lepas selalu berada
disamping Reina dan memeluknya dengan erat, menunjukkan kemesraan mereka pada
kerabatnya.
Senin
siang Nathan telah menunggu Reina ditempat biasa ia menunggu. Reina kemudian
menghampiri Nathan yang sedang tertunduk diam sambil mendengarkan musik di
telinganya. Kawan-kawan disekitarnya tak berani mengganggu karena mereka tau
mood Nathan sedang tidak baik. Icha yang melihat Reina lalu berjalan mendekati
Reina dan berkata pada gadis itu. “Moodnya lagi engga enak tu, daritadi gampang
tersinggung. Tumben, engga biasanya Nathan seperti itu”, ucapnya pelan. Reina
tersenyum, “Lagi dateng bulan kali”, candanya. Icha tersenyum mendengar canda
Reina, “Iya kale ya, hehehe”. “Ajak kemana gih biar moodnya senang lagi,
biasanya kalo liat kamu, moodnya langsung bagus lagi, mumpung kuliah
selanjutnya kosong ni”, kata Icha lagi. “Tenang, aku tau kuncinya Nathan,
diputer dikit juga ntar dia bisa joget-joget kaya boneka india yang suka dijual
di pasar”, seloroh Reina yang disambut tawa Icha. Kawan-kawan Nathan menatap
mereka berdua engga percaya. Nathan mengangkat mukanya dan menatap Reina dalam
sekali. Tidak ada senyum manis yang biasa ia tunjukkan kepada Reina, hanya
kemurungan diwajahnya. Reina dan Icha langsung menghampiri gerombolan mereka.
“Mau jalan Nathan? Aku dah lapar ni”, ujar Reina riang. Nathan membuka
earphonenya dan memasukkannya kedalam tasnya, lalu dia bangun dari duduknya,
mengambil tangan Reina dan menariknya mengikuti langkahnya menuju ke parkiran.
Icha berbisik pelan ke Reina, “Semangat ya” dan teman-teman lainnya juga
memberikan dukungan pada Reina. Kemudian keduanya masuk ke mobil dan
meninggalkan halaman kampus mereka. Nathan hanya diam sepanjang perjalanan, dan
Reina berusaha setenang mungkin menghadapi sikap diam Nathan itu. Dia menyetel
music slow di CD Player mobil Nathan. Lagu-lagu romantis yang selalu dia dengar
bila ada dimobil Nathan. Nathan melirik memperhatikan apa yang Reina perbuat,
Nathan kemudian tersenyum saat melirik Reina yang sedang mencoba memoles
lipstik tetapi lipstiknya malah belepotan dibibirnya, hingga ia menjadi seperti
badut. Lalu dengan kesal Reina menghapus lipstiknya dan melirik kepada Nathan
yang tersenyum karena melirik pada tingkahnya. “Nah gitu dong Nat. Jadi ganteng
lagi tersenyum gitu. Senyum kamu manis banget”, goda Reina. Tangan kirinya
menjulur kearah pipi Nathan menyentuhnya lembut. Nathan melirik melihat gelang
pemberiannya tidak ada ditangan itu membuatnya kecewa lagi. Dia hanya diam saja
sepanjang perjalanan. Mereka menuju daerah pinggir pantai Ancol karena disana
banyak tempat yang tenang untuk berbicara dari hati ke hati. Sesampainya di
pinggir pantai, Nathan memarkir mobilnya dan Reina turun dari mobil menuju
tempat duduk yang nyaman dipinggir pantai ini. Tak banyak orang disana dan
Reina duduk ditempat yang lumayan teduh memandang laut lepas. Tak lama Nathan
menghampirinya menyodorkan satu porsi burger yang ternyata dia pesan dari
tempat dia parkir mobil tadi. “Makan ini dulu, nanti baru makan nasi”, katanya
pelan dan dia duduk disamping Reina sambil meminum minuman soda. Reina
tersenyum dan mulai menyantap burgernya, tapi ia kemudian menyadari kalau
Nathan tidak makan apa-apa. “Kamu engga makan?”, tanya Reina menghentikan makannya.
“Engga, masih kenyang”, kata Nathan. “Makan berdua aku aja ya?”, Kata Reina
lalu dia mencoba memotong burgernya menjadi 2 tapi malah membuat tangannya
belepotan dengan makananya. “Akh malah kaya gini”, ujarnya kesal. Nathan
kemudian menyodorkan tisu dan dia membersihkan tangan Reina dengan tisu itu.
Lalu dia membersihkan pipi Reina yang terkena saus dari burgernya. “Kamu ya,
malah jadi berantakan gitu deh”, omelnya. Telaten sekali Nathan membersihkan
tangan dan muka Reina sementara Reina hanya tersenyum melihat wajah Nathan yang
tampak khawatir. Tak lama terdengar suara gaduh dari Restoran tak jauh dari
tempat mereka. Dari tempat mereka duduk, Reina melihat ada Pras disana, dia
bangkit dari duduknya dan Nathan pun melihat hal yang sama. Disana Pras tampak
sedang mencium seorang wanita dan kemudian memeluknya diantara kilatan lampu
kamera wartawan yang mengelilinginya. Kaget Reina melihat tunangannya melakukan
hal itu, dan lebih kagetnya lagi ternyata yang dicium oleh Pras adalah Requele.
Nathan juga kaget lalu ia memeluk Reina erat. Reina berusaha melepaskan diri
untuk memastikan penglihatannya tapi Nathan benar-benar berusaha melindunginya
agar tidak menyaksikan hal yang amat menyakiti hati Reina itu. Dari seberang
sana ternyata Pras melihat ke arah Reina dan ia kaget sekali melihat Reina yang
berada dipelukan Nathan tapi dia kemudian memalingkan wajahnya pura-pura tidak
melihat dan tetap tersenyum kepada para wartawan yang mengelilinginya. Nathan
lalu membimbing Reina masuk ke mobilnya lalu ia membawa pergi Reina dari tempat
itu. Tak lama ada pesan masuk di BB Nathan, “Tolong jaga dia untukku. Aku ada
masalah”, pesan Pras. Hancur hati Reina menyaksikan tunangan yang mulai
dicintainya menyakitinya bercumbu dengan perempuan lain di depan matanya.
Sampai di rumah, Reina segera berlari masuk ke dalam kamarnya dan membuat
bingung seisi rumah. Nathan hanya memberikan alasan karena Reina sedang letih
makanya dia buru-buru masuk kamar dan kemudian dia pamit pada keluarga Reina.
Sebelum pergi, Nathan berhenti dan memandang ke arah jendela kamar Reina.
Samar-samar dibalik hordeng kamar Reina, Nathan melihat bahwa gadis itu sedang
tertelungkup diatas tempat tidurnya menangis. “Maafkan aku yang tak sengaja
ikut menyakitimu dengan membawamu ketempat yang salah”, ucapnya pelan. Lalu
kemudian Nathan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Pras. Dia
akan membuat perhitungan dengan pria itu.
0 komentar:
Posting Komentar