Selasa, 17 April 2018

CINTA UNTUK REINA PART 8 (END)


Seminggu Nathan di rumah Reina, kemudian dia pamit kepada orang tua Reina untuk membawa Reina ke rumah mereka. Walaupun berat, bunda mengantarkan putrinya ke rumah baru mereka. Setibanya di rumah Reina dan Nathan, sudah ada mama Nathan dan Michel disana yang sedang menunggu di depan rumah. Nathan dan Reina langsung mencium tangan mama Nathan, mama Nita. “Mama uda lama?”, tanya Nathan yang langsung membuka pintu rumahnya. “Belum baru aja datang”, katanya. Lalu mereka masuk ke dalam. Nathan membawa koper-koper Reina naik ke atas ke kamarnya. Bunda dan yanda Reina beramah tamah dengan mama Nathan. Mereka akrab sekali dikarenakan sekarang mereka adalah keluarga. Michel main dengan Aditya, walaupun Aditya sudah ABG tapi dia bisa berteman dengan Michel. Mereka duduk di taman belakang yang ada kursi menghadap ke taman. Hampir semua mebel di rumah itu adalah pilihan Reina, dia melihat dari majalah dekorasi yang ia beli dan menerapkannya di rumah mereka. Hari cepat berlalu dan tiba saatnya Reina dan Nathan ditinggal hanya berdua menempati rumah baru mereka. Keluarga keduanya pamit meninggalkan mereka berdua dalam rumah itu. Tetangga ada beberapa yang menyapa mereka sekedar berbasa-basi tadi dan ada beberapa yang memberikan mereka kue-kue. Reina membersihkan cucian piring bekas makan mereka. Mama Nita memberikan beberapa toples makanan yang ia kemas didalam wadah kedap udara dan tinggal memanaskan saja dalam microwave untuk menghangatkannya. Reina menaruh makanan-makanan itu ke dalam kulkas dan membersihkan dapurnya dengan telaten. Nathan mengunci semua pintu rumah lalu dia menuju dapur untuk membantu Reina. Reina telah menyiapkan susu coklat hangat dan sepiring roti bakar coklat untuk Nathan, sesuai kebiasaannya selama seminggu ini menjadi istri Nathan. “Sekarang aku bisa tidur lega lagi deh soalnya kamu suka ngabisin tempat tidur sendirian”, goda Reina kepada Nathan. “Kalo aku sekarang bisa tidur tenang abisnya kamu kalo tidur suka ngorok”, balas Nathan. “Masa sih?”, tanya Reina tak percaya. Meledak tawa Nathan melihat rona muka Reina yang tersipu malu. “Dasar ya kamu, gampang amat percaya”, katanya disela-sela tawa. “Ya, abis kamu yang bilang makanya aku percaya aja”, tersipu Reina menjawab. Lalu Nathan membawa susu dan rotinya ke ruang tengah dan menyalakan TV menonton acara kesukaannya, sepak bola. Reina kemudian duduk disampingnya membaca novel kesukaannya. Kemudian setelah acara usai, Nathan mematikan TV nya, Reina membereskan bekas makan suaminya dan kemudian mereka berdua naik ke lantai 2, masuk ke kamar masing-masing. Malam itu mereka sulit memejamkan mata dikarenakan suasana baru dalam rumah yang hening dan tanpa mereka sadari mereka telah terbiasa tidur bersama sehingga membuat mereka tidak nyaman tidur. Reina lalu keluar kamarnya dan membuka kamar Nathan. Lalu dia menutup kamar Nathan dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Nathan yang bingung melihat ulahnya. “Aku tidur disini aja ya. Kita tidur bareng aja. Aku engga biasa tidur ditempat baru sendirian”, katanya beralasan. Kemudian dia menutup matanya dan tidur dengan pulas disamping Nathan. Seperti biasa Nathan menatap wajah Reina yang telah tertidur dan kemudian diapun terlelap tidur disamping istrinya.

Minggu berikutnya merupakan hari pernikahan Pras dengan Requele. Nathan dan Reina datang lebih pagi dikarenakan EO Nathan yang membantu penyelengaraan pesta. Anak buah Nathan telah berada di rumah Pras sejak semalam. Nathan mengorganisir anak buahnya, mengatur semua detail dengan teliti dan memeriksa apakah ada kekurangan dari rangkaian pernak-pernik pesta. Reina membantu mama Nita dalam mengelola catheringnya. Dia membantu menata tempat makanan, kue-kue bahkan sampai ke piring-piringpun dia bantu menyiapkan. Hatinya sudah ikhlas bila hari ini Pras akan menjadi milik orang lain karena ia merasa bahwa sekarangpun dia telah menjadi milik Nathan walaupun tidak seluruh hatinya. Dari atas balkon rumah, Pras menatap setiap gerak gerik Reina dengan pandangan penuh cinta. Sementara Requele sedang berdandan dikamarnya dengan ditemani oleh ibu Maya. Banyak anak-anak panti yang datang dan banyak pula wartawan yang menunggu di luar rumah. Pras sekarang memang seperti selebriti sehingga kejadian sakral inipun banyak wartawan yang berkerumun di depan rumahnya. Tepat jam 9 pagi akad nikah dimulai dan Pras sempat mengulang akad nikahnya, entah karena grogi atau karena emosinya yang bercampur aduk namun akhirnya selesai juga acara akad nikah. Lalu Pras dengan Requele mengadakan jumpa Pers dan memberitakan hari bahagia mereka. Semua acara hari itu lancar dikarenakan EO Nathan yang telah profesional mengerjakan event seperti pernikahan ini. Banyak tamu yang puas dengan hasil kerja team Nathan dan banyak pula yang menaruh minat untuk bekerja sama dengan Nathan. Nathan sangat berterima kasih dan menyambut baik semua tawaran yang datang kepadanya. Tamu-tamu Pras tidak banyak, lebih banyak tamu dari relasi om Ryan. Sore hari mereka telah kehabisan tamu dan banyak makanan yang tersisa. Bunda dan yanda Reina tadi sempat datang dan menyapa anak dan menantu mereka setelah mereka mengucapkan selamat kepada pengantin dan keluarganya. Bunda menyayangkan riasan Requele yang tidak maksimal sehingga membuatnya tidak ada aura pengantin dan Reina hanya tersenyum saja mendengar komentar bunda. Kebetulan make up artist nya bukan dari EO Nathan melainkan merupakan kenalan Requele. Sebelumnya Nathan sudah menawarkan kepada Requele team yang akan menjadi make up artist nya tetapi Requele dengan sombongnya menolak mengatakan bahwa ia punya kenalan yang biasa mendandani artis terkenal. Kelihatan bahwa Requele agak kecewa dengan make upnya karena banyak keluarga yang membandingkan antara dirinya dengan Reina. Bahkan saat itupun, saat Reina tidak menjadi pengantin, banyak yang lebih  memuji Reina dikarenakan dia lebih mempunyai inner beauty dibandingkan Requele. Setelah acara usai, Requele mengurung diri di kamar dan hanya Pras yang menemani keluarga yang tersisa. EO Nathan kembali membereskan sisa-sisa pesta dengan baik, sementara sisa makanan dibawa ibu maya ke rumah panti. Tepat jam 8 malam semua kembali keposisi semula dan team EO Nathan bersiap kembali pulang. Sepeninggalan anak buahnya, Nathan menghampiri Reina yang sedang bercakap-cakap dengan om Ryan dan tante Sofie. Mereka sangat berterimakasih kepada mama Nita dan Reina yang telah berusaha selama pesta berlangsung. “Pulang Rei?”, tanya Nathan yang kemudian duduk disamping Reina. Pras yang sedang menatap Reina hanya bisa menahan cemburu. “Ayo, uda selesai?”, tanya Reina. “Uda. Mama pulang sama pak Samir kan? Atau mau ke rumahku nginep di rumah? Mumpung si ReiRei ini libur”, kata Nathan kepada mamanya. “Kamu libur Rei?”, tanya mama Nita kepada Reina dan dijawab anggukan. “Aku nginep dirumahmu deh. Besok aku ajarkan kamu cara buat kue yang kamu mau kemaren”, kata mama Nita lagi. “Sip mam, ajarin aku yang banyak ya mam. Pulangnya lamaan, soalnya tuan ini kalo kerja suka lupa istrinya di rumah”, rajuk Reina dan disambut rangkulan mama Nita. Tante Sofie yang melihat mereka berdua menatap dengan pandangan iri dan ia melihat ke arah anak lelakinya yang sedang menatap Reina sedih. Tante Sofie menyentuh tangan Pras dan Pras kemudian merangkul mamanya erat. “Maafkan aku ya ma”, bisiknya pelan. Kemudian Reina, Nathan dan mama Nita pamit dengan tuan rumah menuju ke rumah Nathan dan Reina. Hari itu juga merupakan hari yang melelahkan untuk mereka semua, sehingga mereka hanya bercengkrama sebentar lalu masuk ke kamar mereka masing-masing untuk tidur. Untuk menjaga perasaan mamanya, Nathan sengaja tidur di kamar Reina dan mama Nita dengan Michel tidur dikamar bawah, padahal sebelumnya Michel ingin tidur bersama Reina karena gadis kecil itu sayang sekali dengan Reina.

Dua tahun berlalu dengan tenang di keluarga baru Nathan dan Reina, tidak ada riak berarti dalam kehidupan rumah tangga mereka. Reina sedang sibuk menulis skripsinya sedangkan Nathan telah menjadi sarjana setahun lalu. Saat ini Nathan benar-benar fokus dengan pekerjaannya di EO dan Travel Agent. Banyak ide-ide cemerlangnya seperti tour-tour ke daerah-daerah Nusantara yang selalu terpenuhi kuotanya dan EO nya sering dipakai untuk acara-acara penting. Reina juga pintar dalam membelanjakan uang dari suaminya walaupun suaminya kadang menyuruhnya membeli sesuka hati tetapi Reina selalu menyempatkan diri menyumbang untuk rumah-rumah panti yang ia tahu. Bahkan tetangga yang membutuhkan pertolongannya akan segera dia bantu dan selalu mereka membayarnya lebih namun Reina selalu menolak makanya mereka melebihkan dengan memberikan Reina makanan ataupun alat-alat rumah tangga yang tentu saja tidak bisa Reina tolak. Keluarga kecil ini amat dihormati dilingkungannya. Nathan juga semakin maju dalam usahanya. Investasi Reina juga berupa rumah-rumah yang ia beli. Saat ini ia telah mempunyai kontrakan rumah beberapa pintu di kampung belakang komplek perumahannya. Waktu itu ia hanya membeli berupa tanah kosong dan kemudian membangunnya menjadi rumah kontrakan kecil-kecil. Nathan amat bangga dengan kegiatan istrinya dan ia tak pernah melarang istrinya untuk berinvestasi. Rumah Reina yang dari Pras saat ini sedang kosong tidak ada yang mengontrak dan Reina datang ke rumah itu untuk membersihkan karena akan ada keluarga yang mengontraknya. Masuk ke semua ruangan dalam rumah itu, Reina dengan sedih mengingat semua kenangannya bersama Pras yang walaupun cuma sehari namun sangat membekas dibenak Reina karena ditempat itulah Reina memberikan cintanya untuk Pras. Perabot di rumah itu telah lama Reina keluarkan, sebagian mengisi rumahnya dan sebagian mengisi kontrakannya dibelakang komplek. Di karenakan rumah itu tidak terlalu besar, mereka dengan cepat membersihkan rumah. Pembantu Reina pamit pulang sementara Reina tetap dirumah itu sambil membersihkan taman belakang. Tiba-tiba ada sebuah mobil terparkir di car port depan rumah. Reina segera keluar rumah dikarenakan ia mengira itu adalah keluarga yang akan menempati rumah ini. Dia berdiri diambang pintu rumah tak percaya penglihatannya dimana sekarang berdiri dihadapannya seorang pria yang begitu lama tidak ia jumpai, pria yang memberikan kenangan atas rumah ini, Pras. Pras membuka kacamata hitamnya dan tersenyum pada Reina. Ia sepertinya sendiri datang ke rumah itu. “Hallo sayang uda lama engga ketemu”, kata Pras dengan gaya cueknya seperti dulu. Reina kaget karena sekarang ia adalah istri Nathan dan Pras juga suami Requele tapi Pras memanggilnya dengan sebutan sayang. “Jangan konyol kamu. Sama siapa? Mana Requele? Mau apa?”, tanya Reina membrondong pertanyaan kepada Pras. “Mau kontrak rumah ini dan Requele, dia masih di Malaysia dengan anaknya”, kata Pras lagi. Lalu dengan cueknya dia masuk ke dalam rumah dan melihat-lihat sekeliling rumah yang telah bersih, Pras menuju taman belakang dan duduk diatas ayunan disana. Reina menuangkan minum yang tadi dia bawa dari rumah ke dalam gelas dan kemudian menghampiri Pras dan memberikan minumannya kepada Pras. “Kenapa engga bareng Requele?”, tanya Reina setenang mungkin walaupun hatinya seperti loncat kegirangan melihat Pras ada dihadapannya. “Enak sendiri, kaya bujangan lagi”, jawab Pras cuek. Pras kemudian menatap Reina dalam sekali, terlihat ada kerinduan yang amat dalam tatapannya itu. Reina lalu berbalik hendak meninggalkan Pras karena ia memikirkan Nathan dalam benaknya. “Anak Requele bukan anakku”, kata Pras dan itu membuat Reina kaget sekali. Dia kembali berbalik dan menatap Pras dalam. Pras tampak mengeluarkan foto dari dalam sakunya dan menyodorkannya pada Reina. Reina mengambil foto itu dan melihatnya, hatinya terasa amat sakit dikarenakan dalam foto itu ia melihat Requele dan Nathan sedang berbaring diatas tempat tidur dibalut dengan sehelai selimut dan sepertinya mereka tidak berbusana. Mata Nathan terpejam sementara Requele yang mengambil foto itu tersenyum dengan semanis mungkin. Reina memperhatikan foto itu dengan seksama, dan ia benar-benar yakin didalam foto itu adalah foto Nathan dengan Requele. “Aku sudah melakukan tes DNA atas anak Requele dan aku harap Nathanpun melakukan hal yang sama. Tes DNA ku negatif dan menyatakan anak itu bukan anakku. Requele mempunyai videosaat aku melakukannya dengan dia dan Requele waktu itu mengancamku akan membeberkannya ke tabloid dan aku takut itu akan merusak nama papa makanya aku menyetujui untuk menikah dengan Requele. Aku teledor sewaktu Requele menjebakku dihari ultah Nathan, dia datang ke apartementku dan pura-pura mabuk. Aku ikut mabuk sehingga tanpa aku sadari, aku melakukannya dengan Requele. Aku sekarang baru menyadari saat itu Requele sudah bukan perawan lagi, sepertinya aku bukanlah yang pertama yang melakukannya”, ujar Pras pelan. Reina menatap Pras dalam-dalam dan mencari kebenaran atas kata-katanya dalam mata Pras. Akhirnya Reina menyadari sikap dingin Nathan sewaktu bertemu dengan Requele diacara pernikahannya waktu itu dan sikap-sikap Nathan yang menjauh dari Requele setelahnya hingga akhirnya Requele dibawa oleh Pras ke Malaysia. Reina kemudian berbalik dan berlari meninggalkan Pras menuju ke rumahnya dengan Nathan. Dengan gemetar, Reina membuka pintu rumahnya dan menguncinya lagi lalu berlari ke kamarnya diatas dan seketika dia menangis diatas tempat tidurnya sampai ia lelah dan tertidur. 

Hari sudah malam ketika Nathan tiba di rumahnya. Dia heran karena lampu-lampu di rumahnya masih belum dinyalakan Reina. Dia kemudian masuk dan mengunci kembali semua pintu rumahnya dan menyalakan semua lampu. Nathan mengira kalau Reina belum pulang ke rumah dan kemudian dia menuju kamarnya diatas. Sebelum masuk kamar, Nathan berhenti sejenak dan ia berbalik membuka kamar Reina. Nathan menyalakan lampu kamar Reina dan ia melihat Reina sedang tertidur diatas tempat tidurnya. Kemudian Nathan menghampiri tubuh Reina dan ia memperhatikan wajah istrinya itu. Nathan menemukan sisa-sisa air mata diwajah Reina dan ia langsung berpikir ada apa yang mengganggu istrinya sehingga Reina menangis. Nathan membelai wajah istrinya lembut dan karena belaiannya, Reina terbangun dan tersenyum melihat Nathan. Reina berusaha menyembunyikan hatinya yang sakit dikarenakan foto itu. Foto itu telah ia simpan didalam lemarinya yang terkunci sehingga Nathan tidak tahu kalau dia memiliki foto Nathan dengan Requele. “Kamu sudah pulang?”, tanya Reina serak. Suaranya hampir habis karena tadi ia puas menangis. “ Kamu kenapa?”, tanya Nathan lembut. “Menangis karena apa?”, tanyanya lagi. “Engga kok. Aku Cuma tertidur aja abis cape banget tadi membersihkan rumahku”, kata Reina. Kemudian Reina bangun dari tempat tidurnya dan Nathan memeluknya erat sekali. “Rei, aku adalah Nathan suamimu yang telah mendampingimu selama 2 tahun. Aku tau kamu, aku tau hatimu, jangan bohongi aku”, ujar Nathan dalam sekali. Reina terdiam menahan tangisnya, lalu ia melepaskan pelukan Nathan. Nathan menatapnya dalam-dalam. Kemudian Reina mengambil foto yang ada di dalam lacinya dan memberikan kepada Nathan sementara Nathan menerima foto itu dan ia tampak tenang sekali menerima foto tersebut. “Ini yang buat kamu menangis Rei?”, tanyanya lagi. Reina mengangguk pelan dan matanya menatap Nathan meminta penjelasan. “Aku tau ini akan terjadi. Perempuan itu benar-benar melakukan kelicikan ini lagi”, ujar Nathan geram. “Pras terlalu bodoh sewaktu ia menikahi perempuan itu. Aku sudah memperingatkan Pras dan ia lebih memilih untuk menutup mulut perempuan itu dengan menikahinya karena Pras tidak mau videonya beredar dan akan mencemarkan nama baik om Ryan”, dengan tenang Nathan menjelaskan. Reina makin tidak mengerti kata-kata Nathan dan Nathan yang menyadarinya melanjutkan, “Requele melakukan cara ini sebelumnya terhadapku, dia memfoto aku saat aku tertidur di apartement dan ia masuk ke kamarku dan membuka pakaiannya serta tidur disampingku. Lihatlah posisinya, aku saat itu benar-benar pulas tertidur dikarenakan aku habis minum obat flu, kamu bisa lihat disamping tempat tidurku ada segelas minuman dan obat flu yang biasa aku minum.Sewaktu ia mengancamku, aku balik mengancamnya dengan cara akan melaporkannya ke polisi dengan tuduhan penipuan dan pencemaran nama baik karena aku bilang aku punya rekaman CCTV dikamarku dan Requele tau kalo aku juga memiliki pengacara tangguh yang siap membelaku. Selain itu aku menantangnya balik dengan mengajukan tes DNA terhadap janinnya dan ia waktu  itu berusaha mengelak dengan alasan belum bisa diketahui tetapi aku bilang aku punya dokter di Singapura yang akan siap membantuku, padahal jujur aku tidak kenal dokter manapun di Singapura. Aku hanya mengertaknya balik dan ia percaya. Tapi Pras terlalu bodoh terjebak rayuan Requele, Requele menggunakan cara yang lebih licik terhadapnya dengan memberikan obat perangsang di minuman Pras dan membuatnya mabuk lalu memasang kamera dikamar apartement Pras. Ia sudah merencanakan semua karena ia harus mencari korban yang mau bertanggung jawab atas janin dalam perutnya yang entah anak siapa. Requele sudah punya kunci apartement kami makanya dia bisa keluar masuk apartement kami semau dia, itu salahnya Pras yang terlalu percaya semua omongan Requele”. Ia mengambil nafas panjang lalu menuju kamarnya dan kembali kepada Reina yang terduduk lemas diatas tempat tidur dengan document ditangannya. “Kamu ingat sewaktu Requele melahirkan di Malaysia dimana aku hanya dengan mama pergi ke sana tanpa membawa kamu dengan Michel? Beruntung saat itu Michel sedang ujian sehingga aku benar-benar punya alasan untuk tidak membawamu karena aku ingin melakukan tes DNA atas anak Requele secara diam-diam dan ini hasilnya, Negatif. Anak itu bukan anakku. Aku tidak tahu apakah Pras telah melakukan tes itu atau tidak”, ujar Nathan lagi sambil menyerahkan hasil tes DNA nya kepada Reina. Reina menerimanya dengan tangan gemetar dan membaca isi dari document itu dan memang hasilnya Negatif, anak Requele bukan anak Nathan. “Pras bilang anak itu pun bukan anaknya”, kata Reina lagi. “Lalu kamu bagaimana? Aku tau hati kamu masih menyimpan Pras disana. Apakah kamu akan menerimanya kembali?”, tanya Nathan walaupun ia menanyakan hal itu dengan hati yang pilu. Reina menatap suaminya tak percaya dengan kata-kata yang didengarnya. Ia bangkit dengan marah dari atas tempat tidurnya. “Kamu kira aku perempuan apa? Aku sudah punya suami untuk apa aku mengharapkan suami orang”, ujarnya tegas. Nathan memeluk Reina erat, “Maafkan kata-kataku yang kurang ajar tadi ya”. Kemudian Nathan melepaskan pelukkannya dan menatap Reina dalam-dalam. Reina lalu mencium bibir Nathan lembut sekali dan Nathan amat kaget mendapatkan perlakuan itu dari Reina dan Reina kembali mencium Nathan dan kini Nathanpun balik mencumbu istrinya. Malam itu Reina menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Nathan dan ia telah meyakinkan dirinya bahwa dia memang telah secara pasti mencintai Nathan yang selalu mendampinginya dan selalu bersamanya. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Nathan yang begitu sabar menghadapinya dan benar-benar memegang janjinya selama 2 tahun tidak menyentuhnya sebagai istri walaupun sebenarnya Nathan bisa memaksanya tetapi Nathan tidak pernah melakukannya.

CINTA UNTUK REINA PART 7


Tiga hari kemudian keluarga Nathan datang mengunjungi keluarga Reina. Om Ryan yang bertindak sebagai wali Nathan dikarenakan papa Nathan telah lama meninggal dunia dan mamanya Nathan, tante Nita adalah adik kandung dari om Ryan. Nathan mempunyai adik perempuan berumur 13 tahun dan bernama Michel yang mukanya mirip sekali dengan Nathan tetapi lebih cantik. Kedatangan keluarga Nathan bermaksud meminang Reina untuk menjadi istri Nathan dan pernikahan akan dilangsungkan 2 minggu lagi. Sebenarnya yanda dan bunda Reina kurang setuju dengan pernikahan yang terkesan berlomba dengan pernikahan Pras, namun setelah mereka mendiskusikan dengan Reina, Reina menyetujui untuk pernikahan mereka yang hanya diberi waktu 2 minggu saja. Reina tidak ingin keluarganya menjadi lebih malu kalau dia menolak pernikahan dengan Nathan sehingga walaupun dengan hati yang berat, dia meminta orang tuanya menyetujui permintaan keluarga Nathan. Om Ryan memeluk sahabatnya erat sekali dan berbisik pada sahabatnya bahwa ia bangga pada keponakannya dan ia meyakinkan yanda Reina bahwa Nathan adalah pria yang bertanggung jawab. Pras tidak hadir diantara kerabat-kerabat Nathan, tante Sofie beralasan bahwa Pras sedang sakit maka tidak ikut dalam rombongan. Requele yang hadir lebih banyak diam menunduk dan selalu duduk tak jauh dari tante Sofie. Hari itu ditetapkan sebagai hari pertunangan Nathan dengan Reina. Banyak sekali bawaan dari keluarga Nathan sementara dikarenakan acara itu mendadak maka keluarga Reina dibantu kerabat-kerabatnya menyediakan makanan sebaik yang mereka bisa sediakan dan keluarga Nathan cukup puas dengan keramahan keluarga Reina. Acara dapat terselenggara dengan baik walaupun dalam keadaan yang serba mendadak. Michel amat suka dengan calon kakak iparnya karena Reina cepat sekali mengambil hati gadis kecil itu. Michel bisa dengan leluasa keluar masuk kamar Reina yang penuh dengan lolipop dan boneka-boneka kecil-kecil. Setelah acara selesai, Nathan mengantarkan keluarganya pulang namun 1 jam kemudian dia kembali ke rumah Reina. Keluarga Reina masih merapikan sisa-sisa acara tadi, dan Nathan dengan sigap ikut serta keluarga Reina membersihkan rumah Reina. Setelah selesai, mereka bercengkrama akrab sekali. Reina melihat Nathan lalu mengajak pria itu untuk keluar rumah bersamanya. “Mau kemana?”, tanya Nathan menuju mobilnya. Reina masuk ke mobil dan berkata, “Jalan aja dulu”. Lalu setelah mereka lama berkendara, Nathan yang mulai berbicara. “Aku tahu hati kamu Rei. Tenang aja, sebelum kamu menerima aku dengan hati kamu, aku tidak akan menyentuh kamu sebagai istri. Kewajibanku yang lain sebagai suami akan aku penuhi tetapi untuk kewajiban bathin kamu akan aku lakukan kalau kamu sudah siap”, ujar Nathan tegas. Lega Reina mendengar kata-kata Nathan, sebenarnya ia ingin mengutarakan hal yang sama namun ia takut Nathan akan tersinggung. “Terima kasih untuk pengertian kamu Nat”, ujar Reina tersenyum. Nathan melirik dan tersenyum tulus pada Reina. “Ah, sebelum lupa, kamu harus lihat rumah kita dulu, tapi kamu harus bantu aku bersihkan rumah, uda lama engga dibersihkan”, kata Nathan riang. “Rumah kita?”, tanya Reina tak percaya. “Ya, emang kamu mau nebeng sama mama aku atau sama yanda kamu?”, tanya Nathan menggoda. “Engga mau si. Tapi aku juga punya rumah dari Pras”, kata Reina pelan. “Aku tau itu. Kebetulan rumah kita engga jauh dari rumah kamu itu. Biar rumah kamu itu mending dikontrakkan saja, lumayan kan uangnya bisa kamu pakai buat jajan. Untuk kebutuhan kamu yang lain, kamu pakai ini. Pinnya sama dengan tanggal lahir kamu”, kata Nathan menyerahkan kartu ATM dari sakunya. Reina menerima kartu ATM itu, lalu berkata, “Aku inginnya mencari sendiri biar aku puas mendapatkannya”. “Sudah, kamu akan bekerja kalau kuliah kamu sudah selesai. Kamu bisa bekerja sama aku atau sama om Ryan terserah kamu”, kata Nathan lagi. “Eh, ngomong-ngomong aku kok engga tau ya kamu kerja dimana?”, ujar Reina lagi. “Masa kamu engga tau si calon suami kamu kerja dimana? Kamu tau engga senayan city punya siapa?”, tanya Nathan. “Engga, emang punya siapa? Punya kamu?”, tanya Reina tak percaya. “Bukan, aku juga engga tau punya siapa”, ujar Nathan sambil nyengir. Reflek Reina memukul lengan Nathan yang sedang menyupir itu. “Aduh, galak amat si istriku ini”, ujarnya menggoda. “Rese kamu. Aku kira serius”, ujar Reina tersenyum. “Aku punya travel agent dan juga event organizer. Kebetulan kalo om Ryan lagi ada pameran dan acara dikantornya sering pake jasa EO ku”, kata Nathan menjelaskan. “Aku kuliah sambil kerja makanya aku sering engga menemani kamu kalo malam karena aku kerja di sore hari. Tapi si engga tiap hari karena ada manager yang menjalankan perusahaanku dan aku tinggal datang mengecheck kegiatan perusahaanku. Kalo ada yang nikah itu yang paling repot karena aku juga kadang ikut terjun jadi pelayan kalo mereka kerepotan. Mama yang jadi cateringnya jadi aku punya in dan out keluarga sendiri ya”, ujarnya riang. Reina kagum pada Nathan dan tidak menyangka bahwa ia semuda itu telah bekerja dengan giat sekali. Reina mengacungkan jempol tangannya. “Hebatnya suamiku”, kata Reina. “Aku harus kerja keras untuk menghidupi mama dan Michel. Makanya mereka amat hormat sama aku dan kadang segala keinginanku mereka penuhi. Tapi anehnya, aku kira mama akan menentang sewaktu aku bilang aku ingin menikah dengan kamu, engga taunya dia memang sudah memperhatikan kamu sejak di pesta keluarga kemaren dan dia suka kamu yang amat santun sama orang tua dan terasa sekali kamu tulus, makanya dia yang meminta waktu hanya 2 minggu untuk pernikahan kita. Dia bilang jangan sampai Pras berubah pikiran dan merebut kamu dari aku, makanya dia cepat sekali menghubungi kerabat-kerabat dan menyediakan semua bawaan tadi”, kata Nathan menjelaskan. Reina tersenyum mendengarkan. Mobil memasuki kawasan perumahan yang pernah Reina datangi dengan Pras. Melewati gang yang menuju ke rumahnya yang dibelikan Pras, Reina mengingat hari dimana ia menyinggahi rumah itu dan kenangannya bersama Pras. Mobil Nathan berhenti di depan sebuah rumah berlantai 2. Rumah itu lebih besar dari rumah yang dibelikan Pras untuknya. Nathan membuka pintu garasi dan memasukkan mobilnya ke dalam garasi. “Eh ada nak Nathan. Ngelongok rumah ya?”, sapa tetangga Nathan, ibu Dita. Nathan membuka pintu mobil untuk Reina sambil berkata, “Iya nih bu, sambil bawa istri liat rumah”. “Oh ini istrinya nak Nathan? Cantiknya”, puji ibu Dita. “Sore ibu, saya Reina, baru calon istri”, kata Reina membalas sapaan ibu Dita. “Tapi kan 2 minggu lagi resmi jadi Ny. Nathan Hutama”, kata Nathan lagi menggoda Reina yang membuat Reina tersipu malu. “Oh kalian akan menikah 2 minggu lagi? Jangan lupa undang-undang loh”, kata ibu Dita lagi. “Tentu saja ibu, pasti kok, tetangga di sini pasti Insya ALLAH diundang”, kata Nathan lagi. Nathan memang lebih ramah pada orang lain sehingga gampang berbaur dimanapun dia, agak sedikit berbeda dengan Pras yang agak memilih kawan. “Mari bu, masuk dulu, mau membersihkan rumah dulu biar nanti bersih kalo pindah”, kata Nathan lagi. “Iya nak, silakan”, kata ibu Dita tersenyum dan dia pun juga masuk ke dalam rumahnya. “Ibu Dita itu suaminya ketua RT sini, dia orangnya ramah dan hampir tidak suka bergosip. Anak laki-lakinya ada yang bekerja di perusahaan om Ryan dan kebetulan aku yang mengenalkan makanya dia selalu membantu aku mengawasi rumah kita ini”, ujar Nathan menjelaskan. Kemudian Nathan membuka pintu dan menyalakan semua lampu di rumahnya. Di rumah itu hanya ada 3 kamar, 1 kamar dibawah dan 2 kamar dilantai atas. “Kita bisa pakai kamar di atas, satu untuk kamu dan satu untuk aku, jadi kalau ada kawanpun yang main tidak akan terlalu mencolok kalau kita lain kamar”, kata Nathan lagi. Reina langsung mengambil sapu dan menyapu lantai rumah itu. Rumah itu masih kosong belum ada furniturenya, jadi sebentar saja Reina sudah selesai menyapu dilantai bawah rumah itu. Nathan lalu melanjutkan dengan mengepel lantai rumahnya sambil menyetel musik dari MP3 Playernya yang disetel lumayan keras. Music-music slow terdengar diseluruh ruang rumah karena rumah masih kosong hingga suara music menjadi bergema. Setelah selesai mengepel lantai bawah, Nathan lalu menyusul Reina yang sedang ada dilantai atas. Ternyata Reina sedang memandang keluar jendela dari kamar depan. “Apa yang kamu liat Rei”, sapa Nathan tiba-tiba. “Aku ingin kamar ini ya Nat. Sepertinya kamar ini membawa kedamaian karena seperti kamarku yang menghadap ke arah luar rumah”, kata Reina lagi. Nathan menghampiri Reina, “Ya sudah, kamar ini menjadi kamarmu. Untuk furniturenya besok kita cari di toko mebel ya, terserah kamu”, kata Nathan lagi. Kemudian mereka melanjutkan membersihkan rumah dengan suasana hati yang tenang sehingga pekerjaan mereka itu cepat selesai. Tak lama bel berbunyi dan Nathan cepat-cepat membukakan pintu dan membayar pesanannya. Dia berteriak kepada Reina, “Rei, makan dulu ni. Enak loh gudeg buatan bu Endang”. Reina datang menghampiri, dan melihat makanan itu Reina langsung sedih karena sewaktu ia bersama Pras di rumah itu pun dipesankan gudeg dari tempat yang sama, tapi buru-buru Reina menyembunyikan kesedihannya. Dia sudah bertekat untuk melupakan Pras dan meninggalkan cintanya kepada Pras dilubuk hatinya yang terdalam. 

Hari bahagia itupun tiba, hari pernikahan antara Nathan dengan Reina, hari Minggu adalah hari pilihan mereka. Mereka menikah dipagi hari dengan yanda Reina yang menikahkan mereka. Nathan mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan om Ryan bertindak sebagai saksi pernikahan mereka. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi di rumah Reina. Sengaja mereka tidak menyewa gedung ataupun tempat resepsi dikarenakan permintaan orang tua Reina yang menginginkan pernikahan putrinya dilangsungkan di rumah. EO Nathan yang mengatur semua acara mulai dari akad nikah, acara adat yang menggunakan adat sunda sesuai dengan adat yanda Reina dan acara Resepsi. Semua bernuansa biru sesuai dengan warna kesukaan Reina, mulai dari kursi-kursi para tamu, pelaminan hingga pakaian seragam keluarga. Reina begitu cantik sewaktu akad nikah dengan menggunakan kebaya putihnya dan semakin cantik dengan pakaian pengantin berwarna biru muda. Sewaktu acara santai, dimana para undangan banyak yang berfoto dengan pengantin, diantara hadirin yang datang, Pras datang dengan Requele. Dia tampak berjalan tanpa menggandeng Requele, sementara Requele hanya merengut dibelakangnya. Ketika sampai di depan pengantin, Pras memeluk Nathan erat sekali. “Titip dia, jaga dia ya”, bisiknya. “Sekarang Reina tanggung jawab gw, jadi loe engga usa khawatir. Yang harus loe khawatirin perempuan dibelakang loe sekarang”, balas Nathan pelan. Kemudian Pras beralih menatap Reina dengan pandangan penuh cintanya dan penuh dengan kesedihan. “Selamat ya sa... Reina”, ulur tangan Pras yang disambut dengan senyum Reina. Hampir saja Pras memanggil Reina dengan sebutan sayang seperti yang biasa ia lakukan. Keduanya merasakan pilu dikarenakan perpisahan yang terpaksa oleh keadaan. Senyum Reina memang dipaksakan karena hatinya pilu melihat orang yang dicintainya bersama perempuan lain dan bukan orang yang menikahinya. Bunda tau buah hatinya menangis dibalik senyumnya, sehingga ia bersembunyi dibalik punggung yanda Reina, menitikkan air matanya. Requele yang tau itu menyetuh lengan Pras untuk menyadarkan keduanya agar segera melepaskan pegangannya. Requele mengucapkan selamat kepada Nathan yang disambut senyum dingin Nathan. Reina agak bingung kenapa suaminya begitu dingin kepada Requele, tidak seperti biasanya yang selalu ramah pada siapapun, bahkan saat inipun tamunya banyak sekali yang datang bahkan kawan-kawannya yang jauh pun datang untuk menghadiri pesta pernikahannya. Pras dan Requele hanya sebentar menghadiri pesta itu karena Pras tidak tahan melihat orang yang dicintainya bersama orang lain dan lebih tidak tahan dengan tatapan keluarga yang memandang sinis kepadanya. Acara hari itu berlangsung meriah dan sangat melelahkan dikarenakan tamu-tamu yang datang sepertinya tidak henti-hentinya. Bagusnya mama Nathan telah memperkirakannya sehingga makanan yang disediakan pun banyak dan semua tamu mendapatkan hidangan sesuai selera mereka. Hanya sedikit sisa makanan pada pesta itu dan itupun akhirnya habis dibawa keluarga dekat pulang dikarenakan mereka menyukai masakan mama Nathan yang memang enak. Tepat jam sepuluh malam, acara benar-benar usai dan pengantin telah melepaskan pakaian raja dan ratu sehari mereka. Setelah pesta berakhir, EO Nathan begitu sigap membereskan semuanya sehingga hampir tidak ada sampah yang tertinggal. Rumah Reinapun kembali bersih dan semua perlengkapan pesta telah dikemas dan akan segera dibawa kembali ke gudang EO Nathan. Setelah semua beres, karyawan Nathan kemudian pamit dan tak lupa mengucapkan selamat kepada bos yang amat  bersahabat dengan mereka. Keluarga Nathan dan keluarga Pras pun kemudian pamit diikuti dengan keluarga-keluarga lainnya. Sekarang tinggal pengantin baru itu dan keluarga kecil Reina lainnya sedang melepaskan penat seharian. “Mau makan Nat?”, tanya Reina kepada suaminya. “Engga deh. Aku mau minum susu aja kalo boleh”, jawab Nathan yang duduk di ruang tengah menonton TV. Lalu Reina berjalan menuju dapur dan membuatkan susu coklat hangat untuk Nathan. “Bunda dan yanda tidur duluan ya, cape banget seharian. Besok libur akh, engga sanggup sama tamu-tamu kalian yang banyak banget”, kata yanda. “Aduh maaf ya, jadi nyusahin yanda”, kata Nathan tulus. “Hahaha, yanda malah seneng karena ternyata menantu yanda ini terkenal juga ya. Banyak yang muji kamu dan mereka rata-rata berterima kasih karena pernah kamu tolong. Yanda bangga sama kamu. Yanda tidur dulu ya, ayo bun”, kata yanda yang lalu menggandeng bunda masuk ke kamar. Aditya sudah masuk kamarnya sejak tadi karena besok dia harus sekolah pagi. Bagusnya Reina dan Nathan besok sudah masuk libur semesteran dan baru akan masuk lagi 1 bulan ke depan. Reina lalu menghidangkan susu coklat hangat dan roti bakar dengan isi coklat untuk Nathan yang sedang sibuk menonton acara sepak bola di TV. “Nonton dikamar aja ya, biar bisa sambil tiduran. Kamu kan cape”, ajak Reina yang disetujui oleh Nathan. Lalu Reina mengambil remote TV dan mematikan TV nya. Lalu dia memeriksa pintu depan menguncinya seperti yang selalu dia lakukan dan kembali menuju ke kamarnya. Nathan masih berdiri di depan pintu kamar Reina yang tertutup. “Kok engga masuk?”, tanya Reina yang langsung membuka pintu dan diikuti oleh Nathan yang membawa susu dan rotinya. “Kan tanganku penuh”, katanya dengan nada menggoda. Lalu Reina menutup pintu kamarnya dan menyalakan TV dengan acara yang sama yang tadi Nathan tonton. Nathan menaruh susu dan rotinya diatas meja kecil disamping tempat tidur Reina. Dia lalu duduk dipinggir tempat tidur dan matanya menyapu sekeliling kamar yang penuh dengan boneka-boneka kecil dan ada sekantung permen lolipop diatas meja belajar Reina. “Aku tidur dilantai aja ya?”, katanya kepada Reina. “Jangan, tidur samping aku aja. Dibawah dingin kalau malam. Aku engga akan ngompol kok, jadi kamu engga usah takut kebasahan”, goda Reina. Dia lalu merebahkan tubuhnya yang letih diatas tempat tidur dan Nathan pun kemudian merebahkan tubuhnya disamping Reina. Mereka saling diam tapi kemudian Reina langsung menutup matanya dan cepat sekali dia tidur sementara Nathan menatap wajah Reina yang terlelap dalam tidurnya. “Aku akan menunggumu dan akan menjagamu dengan hatiku. Aku mencintaimu dengan hatiku. Cintaku hanya untukmu Reina”, bisiknya pelan.