Selasa, 14 Mei 2013

Cinta Untuk Reina - Part 2


Hari minggu adalah hari yang menyenangkan buat Reina karena dia bisa bersantai di kamarnya seharian. Hari masih pagi hingga Reina malas sekali bangun dari tempat tidurnya. Tiba-tiba Bunda mengetuk pintu kamar Reina dan memberitahukan gadis itu kalau Pras telah menunggunya di ruang tamu. ”Kakak, ada Pras tuh datang cari kamu, uda bangun belom sayang?” teriak Bunda dari luar pintu. “Iya bunda, ntar aku keluar”, jawab Reina. “akh ngapain si tu bocah pagi-pagi dah kesini”, gerutu Reina sambil bangkit dan menuju pintu. Setelah pintu dibuka, dilihatnya Bunda berjalan menjauh menuju dapur dan dari depan kamarnya Reina dapat melihat muka Pras yg sedang memandangnya sambil senyum-senyum karena melihat Reina yg masih dengan rambut acak-acakan dan belum mencuci mukanya. Buru-buru Reina lari ke kamar mandi lalu dengan secepatnya dia mandi. Keluar kamar mandi, dia melihat bunda dan yandanya sedang duduk di ruang tamu menemani Pras. Sepertinya Pras tidak sendiri, di sebelahnya duduk Nathan yang bertingkah serba salah. Entah apa yg dia pikirkan hingga membuatnya kurang nyaman ditemani oleh ortu Reina. Reina segera masuk kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian casualnya. Lalu dia menghampiri tamu-tamunya. “Tumben pada kesini pagi-pagi”, ujarnya. Bunda dan Yanda tanpa di komando lalu masuk ke dalam rumah ke ruang keluarga utk menemani adik Reina, Aditya menonton kartun kesukaannya. “Ditinggal ya nak”, ujar Yanda yg disambut anggukan Pras. Reina duduk dekat ke arah Nathan. Nathan tersenyum sangat manis pada Reina, “Pengen ngajak kamu jalan aja”, kata Nathan. “Sebenernya si pengen liat tampang kamu yang baru bangun tidur tadi dan bagusnya kesampean walaupun bukan aku yang bangunin”, cerocos Pras cuek disambut cibiran Reina. “BTW, kamu mandinya kilat amat, mandi bebek ya”, sindir Pras. “Iya emang kenapa? Ngapain mandi wangi-wangi kalo cuma mau ketemu kamu mah. Tapi tadi kalo liat Nathan, aku pasti mandinya lamaan”, ujar Reina tersenyum pada Nathan dan dia kemudian melirik ke arah Pras yg memasang tampang sewotnya. “Mau kemana?”, tanya Reina. “ Jalan-Jalan aja, pengen cari udara segar aja. Yuk”, ajak Nathan. “ Aku pamit dulu ya”, ujar Reina hanya kepada Nathan yg membuat Pras makin sewot. Reina bangkit dari tempat duduknya diikuti oleh Pras di belakangnya. “mau ngapain”, tanyanya sewot kepada Pras. “Aku mau pamit ke Yanda Bunda kamu kok, GR”, ujarnya berjalan mendahului Reina menuju Ortu Reina. Reina masuk ke kamarnya mengambil jaket dan tasnya dan tak lupa beberapa permen lolipop dia masukkan ke dalam tasnya. Segera setelah mereka pamit pada Ortu Reina, ketiganya masuk ke mobil yang kemudian melaju ke jalan raya. “Kita jemput Requele dulu ya”, ujar Pras dari bangku depan kepada Reina. Nathan yg menjadi sopir melirik kepada Reina yg duduk tepat dibelakangnya dari kaca spion tengah mobil. Pada saat yg sama Reina pun menatapnya sehingga mereka beradu pandang lewat kaca itu. Keduanya tersenyum penuh arti. Pras masih nyerocos membicarakan hal-hal yang dia lihat sesekali ditanggapi oleh Nathan. Sementara Reina hanya menatap keluar jendela mobil. Tak lama mobil berhenti di depan rumah panti. Pras turun, “Yuk turun dulu engga?”, ajak Pras kepada Reina. “Engga deh, engga lama khan?”, balas Reina. “Ya uda, engga lama kok. Tunggu aja di sini ya”, ujar Pras lalu masuk ke dalam rumah. Nathan tidak beranjak dari tempat duduknya. “Kok engga turun jemput pacarnya?”, tanya Reina menggoda Nathan. “Dia bukan pacarku. Mungkin lebih tepatnya dia pacarnya Pras”, ujar Nathan pelan tapi kaget hati Reina mendengarnya. “Apa”, ujarnya pura-pura tak mendengar. “Ah engga, mereka kan cuma sebentar, ntar kalo turun malah jadi lama lagi”, ujarnya salah tingkah. Perkataan Nathan membekas dipikiran Reina. “Jadi Requele pacar Pras, pantas dia melarangku untuk mengatakan aku tunangannya”, bathin Reina. Terselip rasa aneh dihati Reina. Tak lama dilihatnya Requele keluar rumah dan didampingi oleh Pras. Pras tetap duduk di depan dan Requele duduk di samping Reina. “Hai”, sapa Reina kepada Requele yang kelihatan kaget melihatnya duduk di belakang Nathan. “Hei, bagusnya kamu ikut, aku engga jadi cewe sendirian lagi deh”, ujarnya riang. “Hai Nat”, tegur Requele disambut senyum Nathan. Tak lama mobil yang membawa mereka meluncur membelah jalanan Jakarta menuju luar kota. Mereka menuju suatu tempat pinggir pantai di luar kota. 

Sesampainya ditempat tujuan, Pras segera keluar mobil dan membukakan pintu mobil untuk Requele. Reina agak risih melihatnya dan ternyata Nathan memperhatikan reaksi Reina dari kaca spionnya. Reina segera turun dari mobil diikuti oleh Nathan. Keempatnya menuju tempat peristirahatan seperti saung-saungan dan menyewa satu tempat untuk mereka beristirahat. Kemudian Nathan dan Pras mengeluarkan perbekalan mereka dari dalam mobil. “Hei ternyata kalian sudah mempersiapkan semua”, tanya Reina tak percaya. “Tuh si Nathan yang lebih teliti kalau mau pergi”, tujuk Pras kepada Nathan yg terlihat tersenyum malu. Reina membantu mereka meletakkan perbekalan mereka, sementara Requele sudah berjalan menuju tepi pantai melepaskan sepatunya dan bermain-main dengan ombak. Pras lalu berlari menghampirinya dan mereka segera bermain dengan akrabnya. “Jangan cemburu ya, mereka memang sudah dekat dari kecil makanya seperti itu”, ujar Nathan menghibur Reina. “Jiah, cuek kale. Lagian aku juga bukan karena cinta kok bertunangan sama Pras”, ujar Reina dengan cueknya. “Kenapa mau?”, tanya Nathan. “Sudahlah, engga usah dibahas. Eh yang masak siapa?”, ujar Reina mengalihkan pembicaraan. “ Mama”, ujar Nathan singkat. Tampak wajahnya masih penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan kepada Reina dan Reina sepertinya tau hal itu maka gadis itu berusaha mengalihkan perhatian Nathan dengan menyodorkannya permen lolipop yang dikeluarkannya dari tas nya. Nathan menerimanya dan Reina segera mengulum satu permennya dan segera mengambil earphonenya untuk mendengarkan lagu-lagu dari HP nya. “Eh PIN mu berapa? Aku add ya”, tanya Nathan. Tak lama telah muncul nama Nathan menjadi contact di BB Reina. “Hmm pasti Andien bakalan shock kalo tahu aku bersama Nathan hari ini”, bathin Reina. “Rei, foto berdua yuk”, ajak Nathan. “Yuk, eh kita fotonya membelakangi pantai biar kelihatan kita dipinggir pantai”, ujar Reina senang. Mereka mengambil posisi yang nyaman dan tampak mereka kemudian berfoto berdua. Reina menjadikan foto itu sebagai Picturenya di BB nya dan Nathan pun melakukan hal yang sama. “Nathan, bentar lagi bakalan ada yang ngamuk nih di BB ku”, ujar Reina menggoda. “Siapa? Pras? Tuh orangnya masih sibuk sama Requele”, ujar Nathan menunjuk kepada 2 orang yang masih bergembira di pinggir pantai. “Bukan tapi temanku pasti ngamuk kalo lihat foto aku bersama kamu”, ujar Reina senyum-senyum membayangkan reaksi Andien. Tiba-tiba BB Reina berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. “Tuh kan”, ujarnya sambil membaca pesan dari Andien yang tampak marah-marah melihat foto Reina bersama Nathan. “Lihat”, ujar Nathan dan mereka tampak duduk berdampingan dekat sekali. “Engga boleh”, ujar Reina menyembunyikan BB nya berusaha menggoda Nathan. “Lihat dong, siapa si yang marah”, ujar Nathan berusaha merebut BB Reina. “Kalian sedang apa?”, tanya Pras tiba-tiba yang mengagetkan keduanya. Nathan menjauh dari Reina demikian juga Reina. “Engga, mau tau aja. Eh gantian dong kita yang main air laut, kalian yg jaga makanan ya. Yuk Nathan bantu aku cari kulit kerang”, ajak Reina dan Nathan dengan sigap langsung berjalan beriringan dengan Reina menyusuri tepi pantai. “Gantian ya”, ujar Nathan kepada Pras yang tampak kesal tapi dia berusaha tersenyum yang terlihat sekali dipaksakan. Requele menghampiri Nathan dan meraih tangannya. “Mau kemana?”, tanyanya. “Gantian ya, kamu jagain makanan sama Pras, aku mau temenin Reina cari kulit kerang”, ujar Nathan melepaskan pegangan tangan Requele. Kemudian dia berlari mengejar Reina yang telah berjalan jauh darinya. Setelah agak lama juga mereka mencari kulit kerang walaupun tak banyak yang mereka kumpulkan, Reina kemudian duduk dibawah salah satu pohon yang rindang dipinggir pantai itu. Nathan menghampirinya dan menunjukkan sebuah gelang dari untaian kerang laut yang cantik. “Untukmu”, katanya kepada Reina. “Cantiknya. Beli dimana?”, tanya Reina senang menerima gelang itu. Lalu gadis itu memakainya dipergelangan tangan kirinya. “Ya cantik seperti yang pakai”, ucap Nathan pelan. “Apa”, ujar Reina. “Engga, makan yuk. Dah lapar ni. Kamu pasti suka masakan mamaku”, ajak Nathan yang disambut anggukan Reina. Kemudian keduanya berjalan menuju tempat Requele dan Pras yang tampak sedang bersiap-siap akan menyatap makanannya. “Curang amat ya, makan duluan”, ujar Reina setelah mereka sampai. Dia mengambilkan piring utk Nathan dan menyodorkannya sendok dan garpu. Pras melihat Reina dengan pandangan agak cemburu dan Requele pun ternyata memperhatikan juga. Dia buru-buru menggeser duduknya dan menyuruh Nathan untuk duduk disampingnya. Pras tampak mengambil BB nya dan mengetik sesuatu di bbm nya. Tak lama terdengar nada pesan masuk di BB Reina. “Akrab sekali ya sama Nathan? Foto diBB pun sama dia”, tulis Pras di pesannya. Reina hanya membalas dengan icon menjulurkan lidah. Pras memelototkan matanya kepada Reina, sementara Reina hanya senyum-senyum saja. Mereka berempat makan tanpa saling bercakap-cakap. Setelah selesai makan, Requele memperhatikan gelang yang ada ditangan Reina. “Cantik sekali gelangmu, beli dikios mana?”, tanya Requele. Nathan memberi kode dengan matanya agar Reina tidak memberitahukan Requele kalau dia yang membelikan. “ Itu tadi ada yang lewat waktu kita lagi jalan-jalan”, bohong Reina. “Nat, cari yuk gelang kaya Reina. Antar aku”, pinta Requele manja. “Sama Pras saja”, ujar Nathan singkat. “Engga mau akh. Aku mau tidur-tiduran disini”, ujar Pras menolak. Requele bangkit dari duduknya dan menarik tangan Nathan. Mau tak mau Nathan mengikuti gadis itu berjalan menuju kios cindramata yang banyak terdapat dipinggiran pantai tersebut. Tinggal Pras dan Reina di saungan. “Apa maksud kamu? Untuk apa kamu pasang foto itu? Mana BB kamu?”, nada suara Pras terdengar sekali kalau dia marah. “Loh kenapa kamu? Kenapa marah?”, ujar Reina cuek. Pras berusaha merebut BB Reina tapi Reina mempertahankan miliknya. “Kamu engga berhak mengatur aku dan bahkan kamu engga berhak untuk merubah apapun di BB aku”, ujarnya tegas. “Aku berhak. Aku tunangan kamu”, ujar Pras semakin kesal. “Apa kamu berani mengatakan itu di depan Requele?”, balas Reina tenang. Gadis itu bisa begitu tenangnya menghadapi Pras yang terbakar api cemburunya. Pras langsung terdiam. “Pras, please deh. Kita bertunangan karena terpaksa, jadi jangan paksakan juga kehendak kamu atas aku. Aku bukan milik kamu dan kamu juga bukan milik aku. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau. Dari pertama kita sampai disinipun apa kamu memperhatikan aku? Apa kamu membukakan pintu untukku? Apa kamu menemaniku walau hanya mencari kulit kerang?”, tanya Reina. Pras hanya tertunduk diam. Kemudian Reina mengambil earphonenya, mendengarkan lagu-lagu kesukaannya dan memandang laut lepas dengan berusaha menahan air matanya agar tak mengalir keluar.

Sepanjang perjalanan pulang Pras lebih banyak diam daripada sewaktu pergi, sementara Reina lebih banyak mendengarkan lagu dari earphonenya. Nathan sekali kali melirik kepada Reina lewat kaca spionnya dan tetap meladeni ocehan Requele yang mengeluh karena gelangnya tak secantik gelang Reina. Mereka mengantarkan Requele terlebih dahulu. Pras tidak mau bergeser dari tempatnya sehingga Requele dengan muka kesal membuka pintunya sendiri. Nathan setengah malas mengantarkan Requele masuk ke rumah panti dan mengucapkan basa basi dengan ibu Maya yang ditemuinya di depan pintu rumah. Lalu mereka mengatarkan Reina pulang.  Setelah sampai, Pras turun dan membukakan pintu mobil untuk Reina. Nathan hanya terdiam dibelakang kemudinya dan tersenyum saat Reina mengucapkan terima kasihnya. Lalu Pras mengantarkan Reina masuk rumah dan berbasa-basi sebentar dengan orang tua Reina dan kemudian pamit pulang dengan Nathan. Reina masuk kamarnya dan berusaha melupakan kemarahannya kepada Pras hari ini.

0 komentar:

Posting Komentar