Selasa, 14 Mei 2013

Cinta Untuk Reina - Part 1




“ Reeeeinaaaa, woi wait for me”, teriak Andien memanggil gadis manis yg sedang berjalan dengan santainya masuk pintu gerbang kampus. Gadis itu berhenti dan berbalik menunggu. “Kuliah apa loe?” , tanya Andien sedikit ngos-ngosan. “ Pemasaran. Loe?”, balik Reina bertanya sambil berjalan menyusuri jalan kampus menuju ruang kuliahnya. “Gw ada akuntansi”, jawab Andien. “Ih, amit-amit deh, tadi gw di bis ketemu cowo nyebelin banget deh. Ganteng si cuma jutex abis. Makanya tadi gw turun di pasar engga di depan kampus sini. Cape deh gw sekarang abis jalan”, cerocos Andien. “Loh emang kenapa?”, tanya Reina. Ia menghentikan langkahnya. “Itu, tadi di Fatmawati gw naik bis 619, pas naik engga ada bangku kosong. Nah engga lama ada seorang ibu naik dengan anaknya, trus ni cowo bangun. Gw kira dia mau turun, makanya gw serobot mau duduk. Tapi tu cowo kaya ngalangin gw mau duduk. Dia bilang, mba kamu khan masih kuat diri sedangkan ibu dengan anak kecil itu kasian kerepotan, jadi saya bangun biar mereka bisa duduk di sini. Rese banget kan tuh cowo”, omel Andien. “Trus loe engga bilang kalo loe lagi hamil muda makanya loe juga engga kuat diri?”, tanya Reina. “Rese  loe. Engga akh. Segitu aja gw uda malu banget sampe gw turun di pasar deh”, makin kesal Andien. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok cowo yg tadi ditemuinya di bis. “Sial, dia anak sini juga? Fakultas apa? Semoga bukan kakak kelas gw”, omel Andien makin jadi. “Siapa?”, tanya Reina tak mengerti. “Tuh dia cowo nya”, tunjuk Andien ke arah cowo yg sedang duduk dibangku taman dengan kuping memakai earphone dan buku ditangannya. Reina mengikuti arah yg ditunjuk Andien dan dia mengenali sosok cowo itu. “Hmmm, pantes aja. Dia ya emang gitu”, ujar Reina. “Loe kenal?”, tanya Andien menatap Reina. “Kenal dengan sangat baik. Dia tunangan gw yg dijodohkan Yanda. Dia anak sahabat Yanda dan mereka dulu pernah berjanji utk menjodohkan anak-anak mereka. Namanya Prasetya Pratama panggilannya Pras. Emang jutex tu org”, kata Reina. “Loe mau kenalan?”, tanya Reina lagi. “Ama dia?? Engga deh. Sorry ya. Lain kale aja, karena gw uda enek liat dia hari ini. Tabahkan hatimu ya, gw masuk dulu akh”, ujar Andien sambil berjalan meninggalkan Reina. Dengan langkah gontai Reina melangkah menuju cowo yg masih asyik dengan bukunya. Dia berdiri tepat dihadapan cowo yg dipanggil Pras itu. Pras mengangkat mukanya lalu agak menggeser duduknya. Tangannya ditepukkan dibangku sampingnya menandakan ia meminta Reina duduk. Reina menarik salah satu kabel earphone Pras. “Ngapain kamu di sini?”, tanya Reina. Pras menarik kabel itu dari tangan Reina dengan muka kesal. “Loh emang kenapa? Harus lapor kamu? Emang kampus ini punya kamu?”, tanyanya jutex. “Tumben tuan besar mau datang ke kampus orang naik bis segala. Kemana boil bokap loe? Engga kerja?”, tanya Reina kesal. “Kamu segaja ya mau mata-matain aku?”, tanyanya lagi. “Eh, jangan GR kale. Hari ini aku off. Aku ke sini lagi ada perlu sama temanku yg kebeneran kuliah di sini. Lagian kenapa kamu tau aku ke sini naik bis?. Mgk kamu kale yg memata-matai aku ya?”, tanya Pras tersenyum misterius. “Senyum itu lagi”, batin Reina. “Hei”, kaget Pras yg membuat Reina kelabakan. Lalu Reina duduk di samping Pras. Matanya tak sengaja menatap tangan kiri Pras yg memakai cincin dijari manisnya, cincin yang sama yang dipakai Reina. Ya, cincin pertunangan mereka berdua. Pertunangan karena perjodohan. “Tumben tu cincin dipakai”, sindir Reina mengalihkan pembicaraan. Pras melirik ke jarinya dan ia pun melirik ke jari Reina. “Sama. Kamu juga tumben pakai”, katanya pendek. Tiba-tiba seorang cowo menghampiri mereka berdua. Cowo itu amat dikenal Reina karena cowo itu salah satu idola di kampus. Cowo berlesung pipit itu bernama Nathan. “Hai Pras. Uda lama nunggu? Aduh baru gitu aja uda langsung ada yang nemenin”, goda Nathan. Reina bangkit dari duduknya dan akan melangkah pergi. Namun tangan Pras menangkap tangannya dan menahan langkahnya. “Belum kok. Eh, loe uda kenal sama dia?”, tanya Pras sama Nathan sambil bangkit dari duduknya dan tetap menggenggam tangan Reina erat. “Kamu Reina khan ya?”, tanya Nathan tersenyum manis. “Kayanya kuliah kamu hari ini libur loh soalnya bu Lea yg ngajar pemasaran lagi ada seminar di Bandung. Tadi gw abis dari ruang dosen soalnya”, kata Nathan kepada Reina. “Beneran ni? Asyik, jadi gw bisa kabur lagi akh, abis kuliah gw cuma dia doang hari ini”, seru Reina girang. Pras makin mempererat pegangannya. “Siapa bilang kamu bebas hari ini? Engga bisa. Kamu harus nemenin aku hari ini”, kata Pras sambil senyum misterius. Nathan dan Reina menatap Pras. Reina berusaha melepaskan pegangan tangan Pras. “Ih, lepasin akh. Sakit tau. Siapa juga yg mau nemenin kamu”, kata Reina keki. “Loh kalian uda saling kenal ya?”, tanya Nathan heran. Pras memperlihatkan tangan kirinya yg memakai cincin dan meraih tangan kiri Reina yang juga memakai cincin yang sama. “Ini tunangan gw”, ujarnya singkat. Nathan terlihat amat terkejut tapi dia berusaha menutupinya. Dia menatap Reina. “Terpaksa”, jawab Reina singkat. “Oke, yuk kita jadi jalan sekarang? Mobil loe ada di sana”, tunjuk Nathan ke arah sebuah mobil sedan yang terparkir di depan fakultas kedokteran. Nathan menyerahkan kunci mobil ke Pras dan Pras membereskan barang bawaannya kemudian berjalan menuju mobilnya. Dia berhenti dan menatap Reina yang masih berdiri mematung di tempatnya. “Ayo sayang”, ujarnya lembut. Kaget setengah mati Reina mendengar ucapan Pras. Tiba-tiba terdengar bunyi telp genggam Nathan. Dia lalu mengangkatnya dan tampak berbicara dengan seseorang. “Pras, sorry berat ni. Kayanya gw engga bisa nemenin loe soalnya ada kawan gw masuk RS”, ujarnya. “Ya uda, engga apa. Gw bisa ditemanin Reina”, kata Pras singkat. “Gw antar deh loe ke RS. Dimana?”, tanya Pras. “Ngga usah, gw pergi sama temen-temen gw. Tuh mereka di sana nunggu”, ujar Nathan menunjuk segerombolan cowo-cewe yang sedang menatap mereka. “Gw tinggal ya”, ujarnya tersenyum pada Reina dan kemudian berjalan menuju gerombolan itu. Tangan Reina ditarik Pras mengikuti langkahnya menuju mobil Pras.

Tak lama kemudian keduanya meluncur keluar dari area kampus. Setelah beberapa lama saling diam, Pras memulai pembicaraan. “Kamu suka Nathan?”. “Nathan? Engga, aku baru juga kenal”, ucap Reina dengan nada sinis, padahal dalam hatinya dia kaget setengah mati. “Apa maksudnya ni org ngomong gitu?”, batin Reina. “Nathan sudah jadi Idola sejak kecil makanya engga heran kalo banyak perempuan suka dia. Aku sempat lihat foto kamu di Tab nya Nathan. Dia tidak tau kalo aku lihat foto kamu, karena aku engga sengaja melihat Tab nya yg  ketinggalan di mobilku. Dia sering pakai mobil ini karena dia bilang mobil ini enak dipakainya. Dia sepupuku dan sahabat baikku”, jelas Pras yang seakan tau pikiran Reina. “Kenapa dia engga datang waktu kita tunangan?”, tanya Reina. “ Kan kita tunangan juga dadakan di Rumah Sakit waktu papa di rawat. Aku si sampai sekarang masih yakin kalo papa waktu itu cuma akal-akalan aja kena serangan jantungnya biar kita setuju atas perjodohan ini”, ujar Pras serius. “Loh kalo kamu yakin kenapa kamu mau ditunangkan sama aku?”, tanya Reina keki. “Hmm aku takut aja kalo emang bener-bener papa kena serangan jantung lagi kalo aku nolak apalagi saat itu uda banyak keluarga kita yang kumpul dan aku lihat kamu juga engga ngomong apa-apa. Ya aku pikir oke lah, aku akan jalanin dulu dan kurasa kamu enak diajak kerjasamanya. Itu si penilaian aku waktu pertama kali ngobrol sama kamu”, ujar Pras. “Kalo aku nilai kamu tu super jutex karena kayanya kamu engga nyaman ngobrol sama aku. Aku juga sebenernya mau nolak waktu itu cuma Yanda menyuruhku untuk mencoba dulu demi om Ryan, apalagi aku juga engga tega liat om Ryan berbaring tak berdaya gitu. Kalo tau besoknya dia langsung seger buger mah aku pasti dah tolak kamu”, ujar Reina santai. Dia melirik ke arah Pras yang sempat melihat ke arahnya dengan senyum kemenangan. Pras mengacak-ngacak rambut Reina lembut dengan tangannya. “Hei lihat ke depan dong kalo nyopir, masalahnya kamu lagi bawa aku juga”, ujar Reina keki sambil membereskan rambutnya. Pras tertawa kecil. Tak lama mobil memasuki rumah yang dijadikan panti asuhan. “Kenapa ke sini?”, tanya Reina heran. “Aku mau menemui seseorang dulu. Nanti aku kenalkan. Tapi jangan bilang sama dia dulu ya kalo kita tunangan”, pinta Pras memohon sambil melepaskan cincinnya dan dimasukkan ke kantong celananya. Pras keluar mobil dan diikuti oleh Reina. Di pintu masuk panti keluar gadis cantik dengan rambut sebahu menyambut Pras. Setelah memeluk Pras, dia melihat ke arah Reina dan matanya kembali seperti mencari-cari orang. “Nathan engga bisa ikut. Temannya ada yang masuk Rumah Sakit, dadakan. Emang dia engga telp kamu?”, jelas Pras seakan tau pandangan gadis itu. Gadis itu menggeleng lalu dia melihat ke arah Reina. “Ini Reina, temanku dan Nathan, dia juga anaknya kawan lama papa”, jelas Pras lagi. “Hai aku Requele”, gadis itu menyodorkan tangannya kepada Reina. “Reina”, sambut Reina tersenyum. “Mari duduk, sorry ya tempatnya sangat sederhana”, ujar Requele mengajak tangan Reina untuk duduk di sofa di teras rumah panti itu. Tak lama seorang ibu datang dengan 3 gelas teh hangat. Requele bangkit dan mengambil gelas-gelas diatas nampannya dan menaruhnya di atas meja. “Ini Reina, bu. Dan Reina ini Ibu Maya pemilik panti ini”, ujar Requele mengenalkan. Ibu Maya menyodorkan tangannya dan disambut hangat Reina dengan senyum manisnya. Pras selalu menatap Reina dan dia salah tingkah waktu tau Requele melirik kepadanya. “Mari diminum nak, maaf hanya ada air saja”, kata ibu Maya ramah. “Ibu tinggal dulu ya soalnya masih ada yang harus dikerjakan dibelakang”, ujar ibu Maya pamit dan kemudian melangkah masuk. “Kenapa si ribet ini ke sini si? Siapa cewe ini? Kenapa aku engga boleh kasih tau aku tunangan Pras?”, batin Reina sambil duduk diatas sofa. “Eh, aku bawa barang yang kemaren aku bilang, sebenernya Nathan yang tolong aku belikan tadi”, kata Pras sambil berjalan menuju bagasi mobilnya dan mengeluarkan banyak sekali bungkusan dari dalam bagasi mobil. Sepertinya pakaian dan tas sekolah anak-anak. Requele membantu Pras membawa barang-barang itu sementara Reina hanya mematung di tempat duduknya. Dia hanya melihat saja sementara Pras dan Requele meninggalkannya sendiri duduk di sofa depan. Kemudian ada gadis kecil yang manis menghampiri Reina. “Kakak siapa? Kakak cantik sekali”, katanya polos. Reina tersenyum pada gadis kecil itu. “Aku Reina, temannya kak Pras. Kamu siapa?”, tanya Reina ramah. “Aku Wendy kak. Aku anak panti ini”, ujarnya ramah. Lalu Wendy duduk di sofa samping Reina. Reina mengeluarkan beberapa batang permen lolypop dari tasnya. Cadangan permennya selalu ada di dalam tasnya. “Buat aku?”, tanya Wendy polos. “Iya, tapi jangan dimakan sendiri ya, nanti sakit gigi.  Bagikan dengan teman lain”, ujar Reina ramah. Wendy sangat senang menerima permen-permen itu dari Reina lalu dia berlari masuk ke dalam dan kemudian terdengar kegaduhan. Tapi tak lama kembali sunyi lagi. Pras sudah ada di depan pintu dan sedang menatap Reina dengan senyumnya. “Kayanya permen itu akan selalu ada ya ditas kamu”, katanya sambil kemudian duduk di samping Reina. “Makasih ya sayang”, ujarnya lembut. Reina mencibir. “Sayang?? Aduh kayanya mau ujan gledek ni”, sindirnya. Pras kembali tertawa kecil dan mengacak rambut Reina lagi dengan lembut. Requele ternyata sudah ada dipintu dan memandang heran ke mereka. Pras lalu salah tingkah. Gadis itu tampak sudah rapi untuk pergi, terlihat dia sudah mengganti pakaiannya dan sudah sedikit memoleskan make up dimukanya. Tas dan sepatunya pun sudah ia gunakan sambil tangannya memegang kunci mobil. Mobil yang terparkir disamping mobil Pras. “Aku duluan ya, mau jemput Nathan di Rumah Sakit, tadi dia telp minta di jemput kamu tapi mending aku aja ya yang jemput”, kata Requela pada Pras. Pras mengangguk. “Ya uda, kamu yang jemput lagian aku juga harus anter nyonya ini dulu pulang”, tunjuknya ke arah Reina. “Nyonya?”, cibir Reina. “Aku duluan ya”, pamit Requele lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobil Requele menghilang, Pras tampak masuk ke rumah dan berpamitan dengan ibu Maya. Lalu dia kembali menghampiri Reina yang masih duduk ditempatnya. “Yuk pulang. Kamu mau kemana? Aku antar”, ujarnya lembut. “Aku mau pulang aja deh. Perlu pamit engga?”, tanya Reina. “Engga usah, tadi aku dah pamitin sekalian”, ajak Pras lalu menggandeng tangan Reina dan mengajaknya masuk ke mobilnya. Tak lama mobil itu kembali meluncur menuju rumah Reina.

0 komentar:

Posting Komentar