Jumat, 07 Juni 2013

Dear My Friend, 
Bila ingin mengirimkan cerita, masukkan saja ke kolom komentar di bawah ini

Please bantu I untuk mengisi blog I ini :) 

Selasa, 14 Mei 2013

Ikan - Ikan Yang Cantik di Dunia

Bumi yang kita diami ini wilayah terbesarnya adalah perairan dan banyak dihuni oleh mahluk-mahluk yang hidup didalamnya. Berikut terdapat 5 jenis ikan yang cantik dari seluruh belahan bumi adalah :

1). Ikan Rainbow Parrot  


Ikan ini dinamakan Parrot yang berarti Burung Kakaktua dikarenakan mulutnya yang mirip dengan paruh burung Kakaktua. Mereka menggunakan mulutnya yang mirip paruh tersebut untuk menghancurkan dan memakan invertebrata kecil yang hidup di batu karang serta mengunyah karang serta meludahkan sisa kalsiumnya. Untuk menghiasi Aquarium Warna biru atau hijaunya yang cantik sangatlah cantik.


2). Ikan Mandarinfish  



Mandarinfish tak bisa disamakan dengan ikan Mandarin atau Chinese Perch. Ikan bernama latin Synchiropus splendidus merupakan bagian dari keluarga ikan Dragonet yang popular didalam akuarium air asin. Ikan yang aslinya berasal dari Pasifik atau tepatnya di Kep. Ryukyu selatan hingga ke Australia ini sangat berwarna-warni serta enerjik. ikan mandarinfish ini asli pasifik. Harga nya tak lebih dari $ 20/ekor, namun yg lantas menjadi problem yaitu makanan mereka, Mandarinfish hanya mengonsumsi mikroinvertebrata yg biasa hidup di batuan koral. Untuk dapat memeliharanya di rumah, kita butuh batuan koral yg cukup didalam aquarium. 


3). Ikan Clown Trigger 


Ikan Trigger merupakan 40 spesies ikan warna-warni yang berasal dari keluarga Balistidae. Identik dengan garis serta bintiknya, mereka menghuni laut tropis serta subtropis dimuka bumi dengan keanekaragaman spesies terbesar di lautan Indo Pasifik. Umumnya dapat ditemui di perairan dangkal, pesisir, dan terlebih pada terumbu-terumbu karang. 


4). Ikan Juvenile Emporer Angel   



Ikan cantik ini amat populer dimata penyelam laut. Berwarna biru gelap dengan pola cincin, namun ketika dewasa mereka mempunyai garis kuning. Waktu tumbuhnya sekitar 4 thn dan dapat tumbuh hingga sepanjang 40 cm. 

5). Ikan Badut 
  

Ikan ini juga dikenal dengan atau Clownfish atau Anemonefish. Ikan badut merupakan ikan dengan warna yang indah dan cantik yang biasanya terdiri dari warna kuning atau oranye dengan garis putih dan hitam, walau ini bergantung pada jenis dari ikan badut tersebut. Ukuran terbesar dapat mencapai panjang hingga 18 cm dan yang terkecil nyaris hanya sepanjang 10 cm. Ikan ini mengingatkan pada cerita kartun disney yang berjudul "Finding Nemo".

Cinta Untuk Reina - Part 4




Kamis pagi ini Reina libur kuliah karena dia sengaja memadatkan jadwal kuliahnya dihari-hari lain. Rencananya Reina akan berleha-leha di rumah sambil membersihkan rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan rumah Reina sudah kosong dari penghuninya selain Reina. Bunda dan yanda sudah berangkat kerja dan Aditya adik Reina sudah berangkat ke sekolahnya pagi sekali tadi. Reina menyapu rumahnya lalu mengepel dan membersihkan debu-debu dipajangan koleksi bundanya. Ini sering sekali ia lakukan kalau Reina tidak sedang ada kegiatan lain. Lalu ia membuat sarapannya sendiri, semangkok mie instant lengkap dengan bakso dan telur. Ketika sedang asyiknya makan, ada yang memencet bel rumahnya diluar pagar depan. Pintu pagar sengaja tadi dia kunci, sehingga kalau ada orang masuk dia akan tahu. Kemudian Reina bangkit dari duduknya dan menuju pintu depan yang ia biarkan terbuka. Dia melihat Pras sedang menunggunya di depan pintu pagar. Reina meraih kunci pintu lalu membukakan pintu untuk Pras. Pria itu lalu menutup pintu pagar kembali dan berjalan mengikuti Reina yang telah lebih dulu masuk ke rumah. “Duduklah. Kamu mau minum apa? Uda sarapan?”, tanya Reina. “Kalo boleh kopi. Kamu uda makan juga? Aku sih kebeneran belum makan”, ujarnya lalu duduk di kursi tamu. “Ya uda. Mau makan mie instant? Aku buatin. Tunggu ya”, ujar Reina lalu masuk menuju dapur. Kemudian dia membuatkan secangkir kopi dan semangkuk mie untuk Pras dan menyuruhnya duduk di ruang makan. Lalu melanjutkan memakan mienya yang sudah mulai dingin. Pras menyantap mienya dengan lahap dan sebentar saja semangkuk mie itu habis dia lahap. Lalu setelah meminum air putih, dia meminum kopinya. Kemudian Reina membereskan meja makan dan ketika dia akan mencuci piring bekas makan mereka, tiba-tiba Pras telah memeluknya dari belakang. “Maafkan aku yang uda ngecewain kamu lagi”, bisiknya ke telinga Reina. Reina melepaskan pelukan Pras dan berbalik ke arah pria itu. Pras kembali menariknya kedalam pelukannya. “Lepaskan aku”, ujar Reina agak kesal. “Aku engga akan lepaskan kecuali kamu maafkan aku”, ujar Pras yang semakin mempererat pelukkannya. “Ya uda. Lepaskan. Aku maafkan”, ujar Reina lalu Pras melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata Reina dengan dalam. “Masih ada kemarahan dimata kamu”, ujar Pras. “Kamu kira hal itu bisa dengan mudah dimaafkan?”,balik tanya Reina. “Iya, aku tau kalau aku kelewatan. Tapi aku engga bisa menyakiti Requele juga, karena dia benar-benar memerlukan teman kemarin”, ujar Pras menjelaskan. “Emang engga ada teman lain?”,tanya Reina sinis. “Requele bukan orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Dia pernah punya trauma beberapa tahun lalu, diculik dan nyaris diperkosa orang waktu aku terlambat menjemputnya dari les piano. Bagusnya polisi tepat waktu menemukannya sehingga hal buruk itu tidak terjadi pada Requele. Aku amat bersalah sama dia makanya aku selalu berusaha memperlakukannya dengan baik seperti sebuah porslein agar tidak mudah pecah dan retak. Tapi belakangan ini aku sepertinya harus berusaha membuatnya mandiri lagi karena aku punya tanggung jawab pada seseorang yang mulai masuk ke hatiku”, ujar Pras menjelaskan. Terselip rasa bersalah Reina karena dia sempat marah pada Requele dan Pras. Reina memeluk Pras dan membisikkan kepada pria itu, “Maafkan aku yang tidak mengerti kalian”. Lalu Pras mencium kening Reina dan kemudian mencium bibir Reina lembut sekali. Lalu Reina melepaskan dirinya dan mundur beberapa langkah dari Pras. Pras salah tingkah lalu dia berbalik menuju ke ruang tamu untuk duduk manis di sana sementara Reina pura-pura sibuk membereskan cucian piringnya yang tertunda tadi. Setelah selesai, Reina lama sekali berdiri di tempat cuci piring baru kemudian setelah memantapkan hatinya, dia berjalan menuju ruang tamu. Sesampai di sana, dia tidak menemukan sosok Pras yang ada hanya sebuah note kecil diatas meja. “Maafkan aku. Aku harus pergi”, itu saja tulisan Pras. Reina langsung menduga bahwa Pras pergi menuju tempat Requele, seperti kemaren yang pergi tanpa memberitahukannya. Reina meremas kesal kertas note itu lalu dia mengunci pintu pagar dan mengunci pintu depan rumahnya. Dia masuk ke kamarnya, menyetel lagu yg volumenya lumayan di keraskan lalu dia menangis sekerasnya.

Sebulan berlalu sejak terakhir Pras datang menemui Reina, dia tidak lagi menunjukkan batang hidungnya kepada Reina. Hari-hari Reina dipenuhi dengan Jadwal Kuliah dan bergaul dengan kawan-kawannya maupun dengan Nathan dan kawan-kawannya. Nathan selalu menemaninya walaupun kadang hanya menanyakan kabarnya via bbm. Pras hanya sesekali saja memberikan kabar baik via bbm maupun menelphonenya. Reina membiarkan Pras sendiri karena ia yakin Pras sibuk dengan pekerjaannya dan juga Requele.  Sabtu pagi itu Reina sudah tiba dikampus pagi sekali. Kuliah dimulai jam 8 tetapi gadis itu telah tiba dikampusnya jam 6.45. Masih ada waktu 1 jam lagi pikir gadis itu. Lalu dia berjalan menuju taman kampusnya untuk duduk dipinggir taman seperti yang biasa dilakukan para mahasiswa yang sedang menunggu teman ataupun kuliah berikutnya. Sedang asyiknya mendengarkan earphonenya, seseorang duduk di sebelahnya. Reina melihat orang tersebut yang tak lain Nathan. Dia membawa majalah ditangannya. “Lihat ni tunanganmu”, ujarnya memperlihatkan foto Pras yang sedang mengiklankan sebuah product. Keren sekali pria itu berjas dan bergaya profesional muda. “Wah, calon selebrity loh, hati-hati banyak saingannya nanti”, kata Nathan lagi menggoda Reina. “Baguslah, jadi lumayan laku tu orang”, ujar Reina cuek. Dia melihat-lihat majalah yang diberikan Nathan, membalik-balik halaman lain. “Buat aku ya? Kamu beli lagi”, ujarnya cuek pada Nathan. “Iya nona, apa si yang engga buat kamu”, ujar Nathan menggoda lagi. “Hahaha... Jangan bikin GR akh. Kamu tuh ya banyak yang suka disini, kalo kamu duduk sama aku, bisa-bisa besok aku diteror sekampus deh”, balik Reina menggoda. “Kamu takut? Aku akan ada disamping kamu selalu’, ujar Nathan serius. “Jiah, kamu sok romantis ya. Engga mungkin lah kamu akan disamping aku terus, ada cewe cantik lewat juga langsung nyantol”, Reina makin menggoda Nathan. “Aku akan disamping kamu, melindungi dan menjaga kamu seperti yang selalu aku lakukan selama ini. Apakah kamu tidak menyadarinya? Bagaimana aku bisa tau semua jadwal kamu, bagaimana aku bisa tau kapan kamu libur dan apa kesukaan kamu”. Ujar Nathan serius. “Bahkan aku menyimpan foto kamu dalam Tab aku agar kalau aku kangen kamu, ada foto kamu yang bisa aku lihat”, ujarnya lagi. Reina terdiam, hatinya kaget mendengar pengakuan Nathan. Setelah dia pikir-pikir, ternyata memang Nathan mengetahui semua Jadwal kuliah Reina, seperti sewaktu dia bertemu Pras bulan lalu, Nathan tahu kalau dia ada kuliah pemasaran, bertemu dengan Nathan diperpustakaan, makan somay di warung bu ijah, bahkan tahu kebiasaannya membeli pakaian bila sedang galau. Nathan mengenggam tangan Reina erat. “Percaya padaku, aku orang yang bisa kamu andalkan. Bila kamu siap, aku yang akan maju membatalkan pertunangan kamu dengan Pras”, ujar Nathan serius. Reina menarik tangannya dan dengan muka kaget dia berujar, “Nathan sorry, aku mau ke ruang kuliah dulu, uda telat”, lalu buru-buru Reina lari meninggalkan Nathan sendiri. Sesampainya di ruang kuliah, Reina berusaha mengatur nafasnya yang memburu karena kaget dan karena lari tadi. Ada pesan masuk di BB Reina, “Aku akan menunggumu sampai kamu siap”, tulis Nathan dipesannya. Reina melihat pergelangan tangannya, ada gelang cantik dari Nathan dan kemudian dia melirik jari manis ditangan kirinya itu, ada cincin tunangan Pras. Lalu dengan kesal, dia membuka kedua benda itu dan dimasukkan ke dalam tasnya. Hari itu Reina tdk konsentrasi menerima pelajaran, dan bagusnya dosennya kurang memperhatikan jadi dia bisa tenggelam dalam lamunannya. Kuliahnya telah selesai, Reina buru-buru membereskan buku-bukunya dan segera keluar dari kampusnya. Dia berusaha menghindari Nathan, karena dia tau saat ini Nathan baru masuk ke kelasnya dan akan berakhir sekitar 1 jam lagi. Reina naik bis menuju ke Blok M dan ia sengaja mengambil bis Patas AC dikarenakan jarang teman-temannya yang naik dikarenakan mahal dan lama sekali jalannya. Dia kembali tenggelam dalam lamunannya memikirkan kata-kata Nathan tadi pagi dan sikap-sikap Pras yang dirasa tidak menerima Reina dengan baik. Tanpa terasa dia telah sampai terminal Blok M, lalu ia menuju Plaza Blok M untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi mall itu. Baru saja Reina memasukkin pintu Plaza, tiba-tiba telp nya berdering, ada nama Pras disana. “Kamu ada dimana?”, tanya Pras diseberang telp. “Some where”, balas Reina malas. “Aku lihat kamu. Kesini mau? Aku lagi meeting sama teman-teman”, ujar Pras lagi. Reina mencari sekelilingnya lalu dia menemukan sosok Pras pada sebuah Cafe di lantai dasar mall itu. Pras melambaikan tangannya, Reina pura-pura tidak melihat dan menutup telpnya. Lalu dia berjalan menghindari Cafe itu, berjalan berlawanan arah. Pras tampak kebingungan, dan dia segera pamit pada Relasinya itu untuk mengejar Reina. Reina berusaha menghindar dari Pras, dia benar-benar tidak mau bertemu dengan Pras saat ini. Lalu dia membeli tiket bioskop yang rencananya dia akan ngumpet disana sampai Pras berhenti mencarinya. Di dalam bioskop Reina duduk seorang diri, dipojok menyendiri sementara yang lain tampak berpasangan ataupun berkelompok. Tak lama ada yang duduk di sebelahnya, seorang Pria yang amat dikenalnya, Pras. “Kenapa?”, tanyanya singkat. “Oh, kamu mau nonton juga”, ujar Reina mengalihkan. Reina akan bangkit dari duduknya tapi tangan Pras menahannya dan menyuruhnya tetap duduk disampingnya. “Kenapa sayang?”, ujarnya lembut, tangannya menggenggam erat tangan Reina. Kemudian dia menyadari, tangan Reina tidak memakai cincin seperti yang dipakainya. “Kok engga dipakai sayang”, tanyanya lagi. “No Coment”, ujar Reina singkat. “Maaf ya aku lama engga datang sama kamu, aku bener-bener sibuk dengan pekerjaan baruku. Aku suka pekerjaan ini”, ujarnya berusaha menjelaskan. Reina hanya melirik sebentar kearah Pras. Pria ini berubah menjadi lembut padanya. Tiba-tiba Pras melingkarkan tangannya kepundak Reina. “Aku kangen kamu sayang. Pulang nanti aku mau menunjukkan sama kamu hasil kerjaku selama ini. Rumah untuk kita berdua”, ujarnya lagi. Tiba-tiba ada pesan masuk di BB Reina dari Nathan. “Kamu dimana Rei? Aku mencari kamu ke seluruh kampus tapi kamu engga ada”, tulis Nathan. “Some Where”, balas Reina. “Ada apa kamu dengan Nathan?”, tanya Pras tenang sekali. Reina melirik pada tunangannya itu, dia heran karena tidak mendengar nada kemarahan di suara Pras seperti yang biasa dia lakukan kalau tau Reina bersama Nathan. “Nothing”, jawab Reina singkat. Kemudian keduanya terdiam lama sampai film berakhir. Lalu Pras berdiri dan mengenggam tangan Reina erat sekali, menuntunnya sampai diluar gedung bioskop. Banyak gadis-gadis muda berbisik-bisik karena mereka mengenali sosok Pras yang mulai menanjak karirnya didunia modeling. Reina menepis tangan Pras, “Malu tuh diliat orang”. “Kenapa malu? Aku sedang menggandeng calon istriku kok”, kata Pras lalu mengambil tangan Reina lagi. Di depan sebuah toko pakaian, Pras berhenti dan mengajak Reina masuk. Lalu dia menunjuk sebuah pakaian untuk Reina, blus warna biru muda, warna kesukaan Reina. “Kamu cantik kalau memakainya. Mau ya aku belikan”, ujar Pras kepada Reina. “Engga”, jawab Reina singkat padahal dalam hatinya ingin sekali dia memakai blus itu. Dia meneliti blus itu, melihat-lihat harganya yang lumayan mahal. Lalu dia mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Dia mencari-cari Pras yang teryata tengah membayar blus biru muda itu. Pras menghampirinya dan memberikan blus itu kepada Reina. “Aku engga suka memakai blus”, ujar Reina singkat dan berlalu tanpa mengambil blus biru muda yang sudah dimasukkan ke dalam bungkusan dari tangan Pras. Pras mengejarnya dan menggenggam tangan Reina lagi. “Kita makan?”, tanya Pras. “Engga, aku mau pulang”, ujar Reina singkat sambil berjalan menuju ke arah loby. Pras menariknya menuju parkiran mobil. “Mobilku diparkir di sana”, tunjuknya. Mau tak mau Reina berjalan mengikuti Pras dikarenakan tangannya digenggam Pras erat sekali. Sepanjang jalannya, banyak gadis-gadis muda yang melirik kearah mereka dengan pandangan cemburu. Mereka berbisik-bisik dan ada yang melihat ke arah Reina dengan pandangan sinis. Pras membukakan pintu mobil untuk Reina, lalu ia membuka pintu untuknya, dan segera mobilnya meluncur meninggalkan pelataran parkir. Mobil Pras tidak menuju rumah Reina, tapi menuju sebuah kawasan perumahan dipinggir kota Jakarta. Perumahan dengan sistem one way gate ini lumayan terkenal, dikarenakan memang banyak sekali rumah-rumah yang dibangun dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Tiba di depan sebuah rumah mungil dengan halaman kecil, mobil Pras berhenti. Dia memarkir mobilnya memasuki car port rumah itu. Pras turun dan membukakan pintu mobil untuk Reina. “Sudah sampai” katanya lalu menggandeng Reina memasuki halaman yang asri itu. Rumah itu terawat dengan baik. Pras membuka pintu rumah, sudah ada kursi sesuai kesukaan Reina yang berwarna biru tua dan nuangsa ruang tamu itu memang berwarna biru. “Aku buat ruang tamu bernuangsa biru karena aku tau kamu suka warna biru”, ujar Pras menjelaskan. “Ada yang tinggal disini? Kok rapi sekali”, tanya Reina. “Seminggu 2X ada pembantu yang datang, pembantu mama yang membersihkan rumah ini. Makanya rumah ini selalu bersih. Kadang aku juga tidur disini, mungkin bulan depan aku akan pindah kesini dari apartement”, ujar Pras menjelaskan. Reina berjalan mengelilingi rumah itu. Dihalaman belakang ada sebuah ayunan yang menghadap taman kecil. Lalu ia duduk disana. Tak lama Pras datang membawakannya minuman syrup dan memberikannya kepada Reina. Lalu ia duduk diayunan disamping Reina. “Nyaman rumahmu”, ujar Reina sambil menyeruput minumannya. “Rumahmu”, balas Pras. “Rumah kita”, katanya lagi. Reina menatap Pras dalam, Pras juga memandangnya. Reina baru menyadari, dia merindukan Pras lebih dari yang dia kira. Pras sepertinya tau itu lalu memeluk Reina erat sekali. “Aku merindukanmu”, bisik Pras. Lalu dia melepaskan pelukannya dan melihat wajah Reina dalam sekali. Kemudian Pras mencium bibir Reina lembut dan mereka berciuman cukup lama sekali. Mereka melepaskan kerinduan mereka saat itu. Cinta ternyata telah merasuki mereka berdua, bertunangan karena perjodohan tetapi malah membuat mereka saling jatuh cinta. Kemudian Pras kembali memeluk Reina erat. “Kita menikah?”, bisiknya. Reina mengangguk setuju. “Tidak sekarang, tunggu aku selesai kuliah dulu”, ujar Reina. “Tapi saat ini aku lapar sekali”, kata Reina lagi. “Tenang sayang, sebentar lagi dateng kok”, kata Pras dan tak lama bel berbunyi. “Tuh kan, baru diomongin”, ujar Pras lalu menuju ke depan rumahnya yang telah menunggu seorang pengantar makanan pesanan Pras. Setelah menerima pesanannya dan membayarnya, Pras menuju meja makan. “Sayang makan disini aja ya”, teriaknya dari ruang makan. Reina lalu menghampiri Pras. “Itu tempat piring dan dilaci itu tempat sendok”, tunjuk Pras kepada Reina. “Kok nyuruh aku?”. rajuk Reina. “Loh itu kan daerah kerajaanmu sayang”, kata Pras lembut. Reina tersenyum, lalu dia membuka laci di dapur itu dan mengambil peralatan makan untuk mereka berdua. Lalu mereka makan dengan lahap sekali sambil bercengkrama menceritakan hal-hal yang terjadi diantara mereka. Sore itu Pras mengantar Reina pulang, dan baru malam hari Reina membolehkan Pras pulang. Pras memang sudah akrab dengan keluarga Reina sehingga mereka dapat berbincang-bincang santai dengannya. Adik Reina, Aditya mempunyai hobi yang sama dengan Pras sehingga mereka gampang sekali menjadi teman dekat. Yanda dan bunda Reina tersenyum melihat Reina dan Pras yang semakin akrab dan semakin mesra. Malam itu Reina tidur dengan bahagia sekali.

Cinta Untuk Reina - Part 3



Hari sudah memasuki Rabu, Reina punya 2 mata kuliah yang harus dia ikuti. Setelah mata kuliah pertama, dia harus menunggu 1 jam pelajaran untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Saat dia sedang menunggu di perpustakaan seperti yang biasa dilakukannya, seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya dan menyapanya lembut. “Hai, sedang nunggu kuliah kedua ya?”, sapa Nathan. “Hei, iya nih. Kamu?”, tanya Reina. “Aku lagi mencari bahan untuk ringkasan test nanti”, ujar Nathan. “Uda makan?”, tanya Nathan lagi. “Belum, mau makan malas, engga ada yg nemenin, soalnya Andien baru datang nanti setengah jam lagi”, ujarnya. “Andien temen kamu yang marah lewat BB kamu kemarin ya”, tanya Nathan menebak. “Hahaha, ketebak ya”, ujar Reina riang. “Makan bareng aku aja yuk, makan somay dikantin depan”, ajak Nathan yang kemudian bangkit dari kursinya dan menarik tangan Reina untuk ikut. Reina akhirnya mengikuti Nathan menuju kantin depan. Di kantin mereka mereka memesan 2 porsi somay. Ketika sedang asyik menyantap makanan mereka, HP Reina berbunyi. “Neng, gw dikantin ni, di warung bu Ijah. Loe kesini aja ya”, ujar Reina singkat lalu menutup telpnya. Tak lama datang sosok teman Reina dengan muka tak percaya menghampiri Reina yang sedang duduk berdampingan dengan Nathan. “Kok makan duluan”, ujar Andien berusaha untuk setenang mungkin. “Andien, kenalin ni. Ini Nathan”, ujar Reina memperkenalkan keduanya yang kemudian saling berjabat tangan. Tampak sekali Andien menjadi salah tingkah karena yang ada dihadapannya adalah seseorang yang menjadi idolanya. Andien grogi makan di depan Nathan sehingga membuat Nathan dan Reina saling pandang dan tersenyum. BB Reina berbunyi, ada pesan masuk dari Pras. “Kamu dimana? Pulang jam berapa? Aku jemput ya”, tulis Pras dipesannya. Nathan yang duduk disamping Reina tampak mengintip. “Dari Pras ya? Baru juga ketemu kemaren, uda kangen aja tu anak”, ledek Nathan. “Ih ngintip aja ni. Bolehnya syirik ye”, balas Reina akrab sekali membuat Andien di depannya memasang muka sewot. “Aku di kampus lagi makan sama Nathan. Jangan dijemput, aku masih banyak kuliah hari ini dan juga banyak kegiatan, engga tau pulang jam berapa”, tulis Reina sedikit berbohong. Pras lalu membalas, “Makan dengan Nathan lagi? Pokoknya aku jemput hari ini. Jam 2 aku akan ada diparkiran mobil yang kemaren. Awas aja kalo engga ada”. “Jiah dia ngancem”, ujar Reina keki. “Biasa tu anak kalo keinginannya engga terpenuhi juga bakalan ngancem”, ujar Nathan. Andien yang tidak mengerti pembicaraan keduanya hanya melongo saja. “Andien, gw lupa bilang. Pras itu sepupu Nathan, jadi mau engga mau loe pasti akan kenalan and ketemu lagi sama dia”, jelas Reina. “Loh emang kenapa?”, tanya Nathan bingung. “ Andien ini uda pernah ketemu Pras dan sudah pernah dibuat engga nyaman oleh Pras”, jelas Reina. “Kok bisa?”, tanya Nathan menatap Andien. Yang ditatap jadi makin salting. “Engga usa dibahas, uda mau gw lupain. Iya, mau engga mau emang harus kenal dia apalagi dia tunangan loe. Kasian amat si hidup loe ya. Eh, maaf ya Nat”, ujar Andien. “Aduh Andien, justru gw yang mau lupain kalo dia tunangan gw”, ucap Reina. “Ya kalo engga mau tunangan sama Pras, sama sepupunya aja tunangannya”, goda Nathan cuek. “Sama kamu? Apalagi engga mau akh, bisa bonyok aku dilempar botol saos ni sama yang di depan aku”, ledek Reina sambil melirik ke Andien. “ Eh kok bawa-bawa aku”, ujar Andien dengan rona pipi memerah. “Ayo akh cepetan, uda mau masuk ni”, ujar Reina setelah melihat jam tangannya. Nathan bangun dan segera membayar makanan mereka bertiga. “Uda, jalan gih, ntar telat lagi”, ujarnya pada Reina dan Andien. “Wah tau mau dibayarin tadi pesen banyakan. Makasih ya sepupu yang baik”, goda Reina lalu buru-buru menarik tangan Andien yang kelihatan masih ingin bersama Nathan. Nathan tersenyum melihat kepergian keduanya. “Andai loe tau hati gw Rei”, ujarnya pelan sekali.

Jam tangan Reina menunjukkan pukul 14.05 dan gadis itu tampak menarik tangan sahabatnya Andien untuk menemani menuju tempat parkir mobil di depan Fakultas Kedokteran. “Ngapain si”, ujar Andien tidak mengerti. “Anterin gw sebentar. Gw males sendirian”, ujar Reina yang makin tidak dimengerti Andien. Matanya mencari-cari dan ia segera menemukan yang dicarinya, mobil Pras. Tak lama terdengar bunyi HP Reina. “Iya, uda liat”, ujarnya mengangkat telpnya. Lalu dia berjalan menuju mobil Pras diikuti oleh Andien yang terpaksa karena tangannya ditarik terus oleh Reina. Pras keluar dari mobilnya tampak ia memakai jas lengkap dengan dasinya, benar-benar seperti seorang executive muda. “Hey Rei, lama amat”, ujarnya lembut pada Reina. Andien dalam hati mengagumi ketampanan pemuda dihadapannya. “Tumben bisa lembut ni orang”, ucapnya pelan. “Pras kenalin ni sahabat baik aku, Andien. Dan Andien ini Pras”, ujar Reina mengenalkan keduanya. Keduanya saling berjabat tangan. “Eh, yang waktu itu di bis ya? Maaf ya kalo waktu itu bikin kamu kesal”, ucap Pras bersahabat.  “Engga apa, loe bener kok waktu itu”, balas Andien agak sedikit berbohong. “Mau kemana kalian? Aku antar, soalnya meeting aku dah selesai hari ini”, ujar Pras pada keduanya. “Aku mau pulang aja. Aku duluan ya Rei”, ujar Andien berusaha untuk kabur. “Andien, loe mau lewat Blok M khan? Bareng aja”, ujar Reina menahan Andien. “Bareng aja yuk, sekalian aku menebus kesalahan waktu itu”, ujar Pras tersenyum. Andien terkesima melihat senyum Pras. Dia diam saja saat Reina mendorongnya masuk ke mobil Pras. Kemudian mobil Pras meluncur menuju ke arah Blok M. “Lihat di situ. Aku mau minta pendapatmu”, tunjuk Pras ke arah Map coklat yang ada diatas dashboard mobilnya. Reina mengambilnya dan membacanya, itu merupakan kontrak kerja sebagai model iklan suatu product ternama. “Kamu mau jadi bintang iklan?”, tanya Reina. “Aku engga tau, makanya aku mau tanya kamu dulu, karena kamu orang yang paling penting dalam hidupku sekarang. Bila kamu bolehin, aku maju”, ujar Pras. Reina kaget mendengarnya begitu juga Andien yg duduk dibelakang Reina. “Widih ni orang romantis juga”, ujar Andien dalam hati. “Loh kok nanya aku? Kamu tuh harus menentukan hidup kamu sendiri, mana yang terbaik untuk kamu, kamu yang menentukan. Engga ada yang bisa membahagiakan kamu selain diri kamu sendiri”, ujar Reina tegas. Andien salut dengan kata-kata Reina. “Aku ingin dengar pendapat kamu”, kata Pras lagi. “Ya, kalo menurut aku, selama kamu merasa bahagia dengan pekerjaan ini, maju aja. Kamu punya modal, sekarang aja kamu keren banget”, kata Reina walaupun kata-kata terakhirnya pelan sekali dia ucapkan. “Apa”, ujar Pras pura-pura tak mendengar. Andien di belakang tersenyum sendiri melihat tingkah sahabatnya yang mulai tersipu malu. “ Engga, tuh uda sampai. Aku juga turun ya, mau beli buku di toko buku dulu”, ujarnya mengalihkan pembicaraan. “Ya uda, kamu tunggu di dalam, aku parkir mobil dulu ya sayang”, ujar Pras lagi yang membuat kaget Andien dan Reina. Keduanya turun dan saling memandang tersenyum. Mobil Pras berlalu menuju ke tempat parkir mobil. “Reina, gw balik ya. Aduh ngiri gw sama loe, gw engga mau jadi nyamuk akh”, ujar Andien lalu buru-buru kabur menuju tangga penyebrangan. Dia berlari sambil melambaikan tangannya. Reina hanya tersenyum melihat tingkah temannya dan kemudian dia masuk ke Plaza Blok M menuju toko buku. Setelah sampai dia mencari bacaan di tempat novel. Setelah lama mencari-cari novel yang ingin dibacanya, Reina merasakan kedua kakinya mulai letih, lalu ia melihat jam tangannya. Ternyata dia sudah setengah jam berada di toko buku itu dan dia lalu mencari-cari ke sekelilingnya dan dia baru menyadari kalau Pras belum datang dari tadi. Lalu dia menelphone Pras dengan maksud menanyakan keberadaannya namun telphonenya di reject oleh Pras. “Loh kok di reject?”, omel Reina. Tak lama ada massage masuk ke BBM Reina. “Maaf aku engga bisa temanin kamu. Aku ada di apartement soalnya Requele lagi sedih banget dan tadi diparkiran dia menelphone aku sambil menangis. Dia kawan baikku sejak kecil, aku mohon kamu mengerti”, isi pesan Pras. Reina merasakan dadanya hampir meledak melihat tulisan Pras. Dia tidak membalas pesan Pras dan kemudian dia berjalan keluar dari toko buku. Dia berusaha keras menahan tangisnya dan Reina memang gadis yang tegar sehingga tak akan mudah air mata keluar dari matanya. Reina berusaha menenangkan hatinya dengan melihat-lihat ke toko pakaian. Dia punya cara unik untuk menenangkan hatinya dengan belanja baju. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya. “Reina”, panggil Nathan, cowo itu berdiri tak jauh dari Reina. Tampak dia bersama kawan-kawannya. “Sama siapa?”, tanyanya setelah dia dekat dengan Reina. “Sendiri. Kamu mau kemana?”, balik tanya Reina. “Aku sama teman-teman ni. Ikut aja sama kita yuk, kita-kita mau nonton film diatas”, ajak Nathan lalu menarik tangan Reina melangkah menghampiri teman-temannya. “Guys, kenalin ni Reina, anak fakultas ekonomi, lagi engga ada yang nemenin”, ujar Nathan kepada teman-temannya. “Hai Rei, akhirnya ketemu loe juga”, ujar salah satu teman Nathan yang bernama Icha. “Hai, sorry ya kalo gw ganggu”, ujar Reina berbasa basi. “Engga kok, loe engga ganggu. Malah pas nih jadi 4 pasang, soalnya kasian Nathan kalo sama kita pasti jadi nyamuk terus”, timpal Andri pacar dari Icha. “Iya, ni mereka pada pacaran semua. Andri ini pacar Icha, Rico pacar Wina dan Wandi ini pacar Linda, makanya aku kalo bareng mereka sama aja aku nyamuk”, jelas Nathan. Tak lama mereka sampai di Bioskop. Nathan membelikan 8 karcis masuk dan masing-masing teman Nathan mengambil karcis mereka. “Thanks ya Nat, loe sering aja ulang tahunnya jadi kita bisa ditraktir terus, hehehe”, ujar Wandi teman Nathan yang lain. “Loh kamu ulang tahun? Wah happy birthday ya”, ujar Reina sambil menyalami tangan Nathan. Nathan menarik tangan Reina dan memeluk gadis itu. “Gini dong ngucapin selamat ultahnya sama calon sodara”, kata Nathan yang kemudian melepaskan Reina. Teman-teman Nathan bingung dengan kata-kata Nathan. Reina tersipu malu karena dia dipeluk di depan teman-teman Nathan. “Uda, gw becanda”, ujar Nathan sama teman-temannya yang diikuti dengan derai tawa dan ejekan mereka. Akhirnya mereka semua masuk untuk menonton film. Reina duduk dibangku paling pojok dan disebelahnya duduk Nathan. Pada film yang ditonton ada adegan yang lumayan sedih dan Reina memanfaatkan hal itu untuk menumpahkan segala emosi yang ditahannya tadi. Nathan sempat heran melihat derasnya air mata Reina dan ia menggengam tangan Reina erat sekali. “Kenapa?”, bisiknya cemas. “Engga, filmnya sedih”, ujar Reina berbohong. Diakhir film Reina sudah merasakan hatinya tenang kembali dan Nathan tetap menggenggam tangannya hangat. Reina membiarkan tangannya digenggam Nathan karena tangan Nathan benar-benar memberikan kedamaian buat Reina. Saat lampu bioskop dinyalakan, Nathan baru melepaskan genggamannya. “Mau makan dimana?”, tanya Nathan kepada teman-temannya di jalan keluar dari bioskop. “Enaknya di tempat biasa aja yuk”, ujar teman Nathan. “ Ya udah. Ayo”, ujar Nathan kemudian menggandeng Reina menuju tempat parkiran mobil. Teman-teman Nathan saling berbisik melihat Nathan menggandeng Reina dan mereka tersenyum senang melihatnya. Akhirnya mereka sampai ditempat parkir mobil dan mereka memakai mobil Nathan yang muat untuk mereka semua walaupun duduk berdesakkan. Reina duduk di depan sementara teman-teman Nathan yang lain duduk dibelakang. Naik mobil ini mengingatkan Reina waktu jalan bersama Pras, Nathan dan Requele minggu lalu ke pantai, dan Pras duduk ditempat Reina duduk sekarang. “Kenapa?”, tanya Nathan melihat raut muka Reina yang sedih. “Engga. Mau kemana?”, tanya Reina. “ Mau makan di warung pinggir jalan di blok A. Enak kok makanannya dan bersih”, kata Nathan dan disambut ucapan setuju dari teman-temannya. “Engga nyesel deh kalo dah coba”, ujar Rico. Setelah mereka sampai, kemudian mereka segera memesan menu yang menjadi favorit mereka. Reina cepat dapat beradaptasi dengan teman-teman Nathan sehingga membuat mereka semakin akrab. Tiba waktunya kembali, Nathan mengantar teman-temannya ke terminal Blok M dan mereka semua melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis menuju rumah masing-masing. Kemudian Nathan mengantarkan Reina hingga sampai di depan rumahnya. Dia masuk sebentar ke rumah Reina dan berbasa-basi dengan keluarga Reina dan kemudian pamit pulang. Reina mengantarnya dengan senyum manisnya. Setelah masuk ke dalam kamarnya, bunda menghampiri Reina. “Kok kamu bisa sama sepupunya Pras. Nak Prasnya kemana?”, tanya bunda menyelidik. Sebenarnya bunda dulu agak menentang keputusan yanda menjodohkan Reina tetapi bunda menyerahkan semua keputusan pada Reina. “Pras lagi ada perlu, tadi engga sengaja ketemu Nathan di Blok M, dia ultah hari ini dan makanya tadi ditraktir”, ujar Reina menjelaskan. “Oh, ya sudah. Istirahat ya. Uda makan?” ujar bunda yang kemudian meninggalkan Reina setelah melihat anggukan kepala Reina. Reina menutup pintunya dan kemudian setelah membersihkan dirinya dengan mandi, dia terlelap tidur.

Cinta Untuk Reina - Part 2


Hari minggu adalah hari yang menyenangkan buat Reina karena dia bisa bersantai di kamarnya seharian. Hari masih pagi hingga Reina malas sekali bangun dari tempat tidurnya. Tiba-tiba Bunda mengetuk pintu kamar Reina dan memberitahukan gadis itu kalau Pras telah menunggunya di ruang tamu. ”Kakak, ada Pras tuh datang cari kamu, uda bangun belom sayang?” teriak Bunda dari luar pintu. “Iya bunda, ntar aku keluar”, jawab Reina. “akh ngapain si tu bocah pagi-pagi dah kesini”, gerutu Reina sambil bangkit dan menuju pintu. Setelah pintu dibuka, dilihatnya Bunda berjalan menjauh menuju dapur dan dari depan kamarnya Reina dapat melihat muka Pras yg sedang memandangnya sambil senyum-senyum karena melihat Reina yg masih dengan rambut acak-acakan dan belum mencuci mukanya. Buru-buru Reina lari ke kamar mandi lalu dengan secepatnya dia mandi. Keluar kamar mandi, dia melihat bunda dan yandanya sedang duduk di ruang tamu menemani Pras. Sepertinya Pras tidak sendiri, di sebelahnya duduk Nathan yang bertingkah serba salah. Entah apa yg dia pikirkan hingga membuatnya kurang nyaman ditemani oleh ortu Reina. Reina segera masuk kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian casualnya. Lalu dia menghampiri tamu-tamunya. “Tumben pada kesini pagi-pagi”, ujarnya. Bunda dan Yanda tanpa di komando lalu masuk ke dalam rumah ke ruang keluarga utk menemani adik Reina, Aditya menonton kartun kesukaannya. “Ditinggal ya nak”, ujar Yanda yg disambut anggukan Pras. Reina duduk dekat ke arah Nathan. Nathan tersenyum sangat manis pada Reina, “Pengen ngajak kamu jalan aja”, kata Nathan. “Sebenernya si pengen liat tampang kamu yang baru bangun tidur tadi dan bagusnya kesampean walaupun bukan aku yang bangunin”, cerocos Pras cuek disambut cibiran Reina. “BTW, kamu mandinya kilat amat, mandi bebek ya”, sindir Pras. “Iya emang kenapa? Ngapain mandi wangi-wangi kalo cuma mau ketemu kamu mah. Tapi tadi kalo liat Nathan, aku pasti mandinya lamaan”, ujar Reina tersenyum pada Nathan dan dia kemudian melirik ke arah Pras yg memasang tampang sewotnya. “Mau kemana?”, tanya Reina. “ Jalan-Jalan aja, pengen cari udara segar aja. Yuk”, ajak Nathan. “ Aku pamit dulu ya”, ujar Reina hanya kepada Nathan yg membuat Pras makin sewot. Reina bangkit dari tempat duduknya diikuti oleh Pras di belakangnya. “mau ngapain”, tanyanya sewot kepada Pras. “Aku mau pamit ke Yanda Bunda kamu kok, GR”, ujarnya berjalan mendahului Reina menuju Ortu Reina. Reina masuk ke kamarnya mengambil jaket dan tasnya dan tak lupa beberapa permen lolipop dia masukkan ke dalam tasnya. Segera setelah mereka pamit pada Ortu Reina, ketiganya masuk ke mobil yang kemudian melaju ke jalan raya. “Kita jemput Requele dulu ya”, ujar Pras dari bangku depan kepada Reina. Nathan yg menjadi sopir melirik kepada Reina yg duduk tepat dibelakangnya dari kaca spion tengah mobil. Pada saat yg sama Reina pun menatapnya sehingga mereka beradu pandang lewat kaca itu. Keduanya tersenyum penuh arti. Pras masih nyerocos membicarakan hal-hal yang dia lihat sesekali ditanggapi oleh Nathan. Sementara Reina hanya menatap keluar jendela mobil. Tak lama mobil berhenti di depan rumah panti. Pras turun, “Yuk turun dulu engga?”, ajak Pras kepada Reina. “Engga deh, engga lama khan?”, balas Reina. “Ya uda, engga lama kok. Tunggu aja di sini ya”, ujar Pras lalu masuk ke dalam rumah. Nathan tidak beranjak dari tempat duduknya. “Kok engga turun jemput pacarnya?”, tanya Reina menggoda Nathan. “Dia bukan pacarku. Mungkin lebih tepatnya dia pacarnya Pras”, ujar Nathan pelan tapi kaget hati Reina mendengarnya. “Apa”, ujarnya pura-pura tak mendengar. “Ah engga, mereka kan cuma sebentar, ntar kalo turun malah jadi lama lagi”, ujarnya salah tingkah. Perkataan Nathan membekas dipikiran Reina. “Jadi Requele pacar Pras, pantas dia melarangku untuk mengatakan aku tunangannya”, bathin Reina. Terselip rasa aneh dihati Reina. Tak lama dilihatnya Requele keluar rumah dan didampingi oleh Pras. Pras tetap duduk di depan dan Requele duduk di samping Reina. “Hai”, sapa Reina kepada Requele yang kelihatan kaget melihatnya duduk di belakang Nathan. “Hei, bagusnya kamu ikut, aku engga jadi cewe sendirian lagi deh”, ujarnya riang. “Hai Nat”, tegur Requele disambut senyum Nathan. Tak lama mobil yang membawa mereka meluncur membelah jalanan Jakarta menuju luar kota. Mereka menuju suatu tempat pinggir pantai di luar kota. 

Sesampainya ditempat tujuan, Pras segera keluar mobil dan membukakan pintu mobil untuk Requele. Reina agak risih melihatnya dan ternyata Nathan memperhatikan reaksi Reina dari kaca spionnya. Reina segera turun dari mobil diikuti oleh Nathan. Keempatnya menuju tempat peristirahatan seperti saung-saungan dan menyewa satu tempat untuk mereka beristirahat. Kemudian Nathan dan Pras mengeluarkan perbekalan mereka dari dalam mobil. “Hei ternyata kalian sudah mempersiapkan semua”, tanya Reina tak percaya. “Tuh si Nathan yang lebih teliti kalau mau pergi”, tujuk Pras kepada Nathan yg terlihat tersenyum malu. Reina membantu mereka meletakkan perbekalan mereka, sementara Requele sudah berjalan menuju tepi pantai melepaskan sepatunya dan bermain-main dengan ombak. Pras lalu berlari menghampirinya dan mereka segera bermain dengan akrabnya. “Jangan cemburu ya, mereka memang sudah dekat dari kecil makanya seperti itu”, ujar Nathan menghibur Reina. “Jiah, cuek kale. Lagian aku juga bukan karena cinta kok bertunangan sama Pras”, ujar Reina dengan cueknya. “Kenapa mau?”, tanya Nathan. “Sudahlah, engga usah dibahas. Eh yang masak siapa?”, ujar Reina mengalihkan pembicaraan. “ Mama”, ujar Nathan singkat. Tampak wajahnya masih penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan kepada Reina dan Reina sepertinya tau hal itu maka gadis itu berusaha mengalihkan perhatian Nathan dengan menyodorkannya permen lolipop yang dikeluarkannya dari tas nya. Nathan menerimanya dan Reina segera mengulum satu permennya dan segera mengambil earphonenya untuk mendengarkan lagu-lagu dari HP nya. “Eh PIN mu berapa? Aku add ya”, tanya Nathan. Tak lama telah muncul nama Nathan menjadi contact di BB Reina. “Hmm pasti Andien bakalan shock kalo tahu aku bersama Nathan hari ini”, bathin Reina. “Rei, foto berdua yuk”, ajak Nathan. “Yuk, eh kita fotonya membelakangi pantai biar kelihatan kita dipinggir pantai”, ujar Reina senang. Mereka mengambil posisi yang nyaman dan tampak mereka kemudian berfoto berdua. Reina menjadikan foto itu sebagai Picturenya di BB nya dan Nathan pun melakukan hal yang sama. “Nathan, bentar lagi bakalan ada yang ngamuk nih di BB ku”, ujar Reina menggoda. “Siapa? Pras? Tuh orangnya masih sibuk sama Requele”, ujar Nathan menunjuk kepada 2 orang yang masih bergembira di pinggir pantai. “Bukan tapi temanku pasti ngamuk kalo lihat foto aku bersama kamu”, ujar Reina senyum-senyum membayangkan reaksi Andien. Tiba-tiba BB Reina berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. “Tuh kan”, ujarnya sambil membaca pesan dari Andien yang tampak marah-marah melihat foto Reina bersama Nathan. “Lihat”, ujar Nathan dan mereka tampak duduk berdampingan dekat sekali. “Engga boleh”, ujar Reina menyembunyikan BB nya berusaha menggoda Nathan. “Lihat dong, siapa si yang marah”, ujar Nathan berusaha merebut BB Reina. “Kalian sedang apa?”, tanya Pras tiba-tiba yang mengagetkan keduanya. Nathan menjauh dari Reina demikian juga Reina. “Engga, mau tau aja. Eh gantian dong kita yang main air laut, kalian yg jaga makanan ya. Yuk Nathan bantu aku cari kulit kerang”, ajak Reina dan Nathan dengan sigap langsung berjalan beriringan dengan Reina menyusuri tepi pantai. “Gantian ya”, ujar Nathan kepada Pras yang tampak kesal tapi dia berusaha tersenyum yang terlihat sekali dipaksakan. Requele menghampiri Nathan dan meraih tangannya. “Mau kemana?”, tanyanya. “Gantian ya, kamu jagain makanan sama Pras, aku mau temenin Reina cari kulit kerang”, ujar Nathan melepaskan pegangan tangan Requele. Kemudian dia berlari mengejar Reina yang telah berjalan jauh darinya. Setelah agak lama juga mereka mencari kulit kerang walaupun tak banyak yang mereka kumpulkan, Reina kemudian duduk dibawah salah satu pohon yang rindang dipinggir pantai itu. Nathan menghampirinya dan menunjukkan sebuah gelang dari untaian kerang laut yang cantik. “Untukmu”, katanya kepada Reina. “Cantiknya. Beli dimana?”, tanya Reina senang menerima gelang itu. Lalu gadis itu memakainya dipergelangan tangan kirinya. “Ya cantik seperti yang pakai”, ucap Nathan pelan. “Apa”, ujar Reina. “Engga, makan yuk. Dah lapar ni. Kamu pasti suka masakan mamaku”, ajak Nathan yang disambut anggukan Reina. Kemudian keduanya berjalan menuju tempat Requele dan Pras yang tampak sedang bersiap-siap akan menyatap makanannya. “Curang amat ya, makan duluan”, ujar Reina setelah mereka sampai. Dia mengambilkan piring utk Nathan dan menyodorkannya sendok dan garpu. Pras melihat Reina dengan pandangan agak cemburu dan Requele pun ternyata memperhatikan juga. Dia buru-buru menggeser duduknya dan menyuruh Nathan untuk duduk disampingnya. Pras tampak mengambil BB nya dan mengetik sesuatu di bbm nya. Tak lama terdengar nada pesan masuk di BB Reina. “Akrab sekali ya sama Nathan? Foto diBB pun sama dia”, tulis Pras di pesannya. Reina hanya membalas dengan icon menjulurkan lidah. Pras memelototkan matanya kepada Reina, sementara Reina hanya senyum-senyum saja. Mereka berempat makan tanpa saling bercakap-cakap. Setelah selesai makan, Requele memperhatikan gelang yang ada ditangan Reina. “Cantik sekali gelangmu, beli dikios mana?”, tanya Requele. Nathan memberi kode dengan matanya agar Reina tidak memberitahukan Requele kalau dia yang membelikan. “ Itu tadi ada yang lewat waktu kita lagi jalan-jalan”, bohong Reina. “Nat, cari yuk gelang kaya Reina. Antar aku”, pinta Requele manja. “Sama Pras saja”, ujar Nathan singkat. “Engga mau akh. Aku mau tidur-tiduran disini”, ujar Pras menolak. Requele bangkit dari duduknya dan menarik tangan Nathan. Mau tak mau Nathan mengikuti gadis itu berjalan menuju kios cindramata yang banyak terdapat dipinggiran pantai tersebut. Tinggal Pras dan Reina di saungan. “Apa maksud kamu? Untuk apa kamu pasang foto itu? Mana BB kamu?”, nada suara Pras terdengar sekali kalau dia marah. “Loh kenapa kamu? Kenapa marah?”, ujar Reina cuek. Pras berusaha merebut BB Reina tapi Reina mempertahankan miliknya. “Kamu engga berhak mengatur aku dan bahkan kamu engga berhak untuk merubah apapun di BB aku”, ujarnya tegas. “Aku berhak. Aku tunangan kamu”, ujar Pras semakin kesal. “Apa kamu berani mengatakan itu di depan Requele?”, balas Reina tenang. Gadis itu bisa begitu tenangnya menghadapi Pras yang terbakar api cemburunya. Pras langsung terdiam. “Pras, please deh. Kita bertunangan karena terpaksa, jadi jangan paksakan juga kehendak kamu atas aku. Aku bukan milik kamu dan kamu juga bukan milik aku. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau. Dari pertama kita sampai disinipun apa kamu memperhatikan aku? Apa kamu membukakan pintu untukku? Apa kamu menemaniku walau hanya mencari kulit kerang?”, tanya Reina. Pras hanya tertunduk diam. Kemudian Reina mengambil earphonenya, mendengarkan lagu-lagu kesukaannya dan memandang laut lepas dengan berusaha menahan air matanya agar tak mengalir keluar.

Sepanjang perjalanan pulang Pras lebih banyak diam daripada sewaktu pergi, sementara Reina lebih banyak mendengarkan lagu dari earphonenya. Nathan sekali kali melirik kepada Reina lewat kaca spionnya dan tetap meladeni ocehan Requele yang mengeluh karena gelangnya tak secantik gelang Reina. Mereka mengantarkan Requele terlebih dahulu. Pras tidak mau bergeser dari tempatnya sehingga Requele dengan muka kesal membuka pintunya sendiri. Nathan setengah malas mengantarkan Requele masuk ke rumah panti dan mengucapkan basa basi dengan ibu Maya yang ditemuinya di depan pintu rumah. Lalu mereka mengatarkan Reina pulang.  Setelah sampai, Pras turun dan membukakan pintu mobil untuk Reina. Nathan hanya terdiam dibelakang kemudinya dan tersenyum saat Reina mengucapkan terima kasihnya. Lalu Pras mengantarkan Reina masuk rumah dan berbasa-basi sebentar dengan orang tua Reina dan kemudian pamit pulang dengan Nathan. Reina masuk kamarnya dan berusaha melupakan kemarahannya kepada Pras hari ini.

Cinta Untuk Reina - Part 1




“ Reeeeinaaaa, woi wait for me”, teriak Andien memanggil gadis manis yg sedang berjalan dengan santainya masuk pintu gerbang kampus. Gadis itu berhenti dan berbalik menunggu. “Kuliah apa loe?” , tanya Andien sedikit ngos-ngosan. “ Pemasaran. Loe?”, balik Reina bertanya sambil berjalan menyusuri jalan kampus menuju ruang kuliahnya. “Gw ada akuntansi”, jawab Andien. “Ih, amit-amit deh, tadi gw di bis ketemu cowo nyebelin banget deh. Ganteng si cuma jutex abis. Makanya tadi gw turun di pasar engga di depan kampus sini. Cape deh gw sekarang abis jalan”, cerocos Andien. “Loh emang kenapa?”, tanya Reina. Ia menghentikan langkahnya. “Itu, tadi di Fatmawati gw naik bis 619, pas naik engga ada bangku kosong. Nah engga lama ada seorang ibu naik dengan anaknya, trus ni cowo bangun. Gw kira dia mau turun, makanya gw serobot mau duduk. Tapi tu cowo kaya ngalangin gw mau duduk. Dia bilang, mba kamu khan masih kuat diri sedangkan ibu dengan anak kecil itu kasian kerepotan, jadi saya bangun biar mereka bisa duduk di sini. Rese banget kan tuh cowo”, omel Andien. “Trus loe engga bilang kalo loe lagi hamil muda makanya loe juga engga kuat diri?”, tanya Reina. “Rese  loe. Engga akh. Segitu aja gw uda malu banget sampe gw turun di pasar deh”, makin kesal Andien. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok cowo yg tadi ditemuinya di bis. “Sial, dia anak sini juga? Fakultas apa? Semoga bukan kakak kelas gw”, omel Andien makin jadi. “Siapa?”, tanya Reina tak mengerti. “Tuh dia cowo nya”, tunjuk Andien ke arah cowo yg sedang duduk dibangku taman dengan kuping memakai earphone dan buku ditangannya. Reina mengikuti arah yg ditunjuk Andien dan dia mengenali sosok cowo itu. “Hmmm, pantes aja. Dia ya emang gitu”, ujar Reina. “Loe kenal?”, tanya Andien menatap Reina. “Kenal dengan sangat baik. Dia tunangan gw yg dijodohkan Yanda. Dia anak sahabat Yanda dan mereka dulu pernah berjanji utk menjodohkan anak-anak mereka. Namanya Prasetya Pratama panggilannya Pras. Emang jutex tu org”, kata Reina. “Loe mau kenalan?”, tanya Reina lagi. “Ama dia?? Engga deh. Sorry ya. Lain kale aja, karena gw uda enek liat dia hari ini. Tabahkan hatimu ya, gw masuk dulu akh”, ujar Andien sambil berjalan meninggalkan Reina. Dengan langkah gontai Reina melangkah menuju cowo yg masih asyik dengan bukunya. Dia berdiri tepat dihadapan cowo yg dipanggil Pras itu. Pras mengangkat mukanya lalu agak menggeser duduknya. Tangannya ditepukkan dibangku sampingnya menandakan ia meminta Reina duduk. Reina menarik salah satu kabel earphone Pras. “Ngapain kamu di sini?”, tanya Reina. Pras menarik kabel itu dari tangan Reina dengan muka kesal. “Loh emang kenapa? Harus lapor kamu? Emang kampus ini punya kamu?”, tanyanya jutex. “Tumben tuan besar mau datang ke kampus orang naik bis segala. Kemana boil bokap loe? Engga kerja?”, tanya Reina kesal. “Kamu segaja ya mau mata-matain aku?”, tanyanya lagi. “Eh, jangan GR kale. Hari ini aku off. Aku ke sini lagi ada perlu sama temanku yg kebeneran kuliah di sini. Lagian kenapa kamu tau aku ke sini naik bis?. Mgk kamu kale yg memata-matai aku ya?”, tanya Pras tersenyum misterius. “Senyum itu lagi”, batin Reina. “Hei”, kaget Pras yg membuat Reina kelabakan. Lalu Reina duduk di samping Pras. Matanya tak sengaja menatap tangan kiri Pras yg memakai cincin dijari manisnya, cincin yang sama yang dipakai Reina. Ya, cincin pertunangan mereka berdua. Pertunangan karena perjodohan. “Tumben tu cincin dipakai”, sindir Reina mengalihkan pembicaraan. Pras melirik ke jarinya dan ia pun melirik ke jari Reina. “Sama. Kamu juga tumben pakai”, katanya pendek. Tiba-tiba seorang cowo menghampiri mereka berdua. Cowo itu amat dikenal Reina karena cowo itu salah satu idola di kampus. Cowo berlesung pipit itu bernama Nathan. “Hai Pras. Uda lama nunggu? Aduh baru gitu aja uda langsung ada yang nemenin”, goda Nathan. Reina bangkit dari duduknya dan akan melangkah pergi. Namun tangan Pras menangkap tangannya dan menahan langkahnya. “Belum kok. Eh, loe uda kenal sama dia?”, tanya Pras sama Nathan sambil bangkit dari duduknya dan tetap menggenggam tangan Reina erat. “Kamu Reina khan ya?”, tanya Nathan tersenyum manis. “Kayanya kuliah kamu hari ini libur loh soalnya bu Lea yg ngajar pemasaran lagi ada seminar di Bandung. Tadi gw abis dari ruang dosen soalnya”, kata Nathan kepada Reina. “Beneran ni? Asyik, jadi gw bisa kabur lagi akh, abis kuliah gw cuma dia doang hari ini”, seru Reina girang. Pras makin mempererat pegangannya. “Siapa bilang kamu bebas hari ini? Engga bisa. Kamu harus nemenin aku hari ini”, kata Pras sambil senyum misterius. Nathan dan Reina menatap Pras. Reina berusaha melepaskan pegangan tangan Pras. “Ih, lepasin akh. Sakit tau. Siapa juga yg mau nemenin kamu”, kata Reina keki. “Loh kalian uda saling kenal ya?”, tanya Nathan heran. Pras memperlihatkan tangan kirinya yg memakai cincin dan meraih tangan kiri Reina yang juga memakai cincin yang sama. “Ini tunangan gw”, ujarnya singkat. Nathan terlihat amat terkejut tapi dia berusaha menutupinya. Dia menatap Reina. “Terpaksa”, jawab Reina singkat. “Oke, yuk kita jadi jalan sekarang? Mobil loe ada di sana”, tunjuk Nathan ke arah sebuah mobil sedan yang terparkir di depan fakultas kedokteran. Nathan menyerahkan kunci mobil ke Pras dan Pras membereskan barang bawaannya kemudian berjalan menuju mobilnya. Dia berhenti dan menatap Reina yang masih berdiri mematung di tempatnya. “Ayo sayang”, ujarnya lembut. Kaget setengah mati Reina mendengar ucapan Pras. Tiba-tiba terdengar bunyi telp genggam Nathan. Dia lalu mengangkatnya dan tampak berbicara dengan seseorang. “Pras, sorry berat ni. Kayanya gw engga bisa nemenin loe soalnya ada kawan gw masuk RS”, ujarnya. “Ya uda, engga apa. Gw bisa ditemanin Reina”, kata Pras singkat. “Gw antar deh loe ke RS. Dimana?”, tanya Pras. “Ngga usah, gw pergi sama temen-temen gw. Tuh mereka di sana nunggu”, ujar Nathan menunjuk segerombolan cowo-cewe yang sedang menatap mereka. “Gw tinggal ya”, ujarnya tersenyum pada Reina dan kemudian berjalan menuju gerombolan itu. Tangan Reina ditarik Pras mengikuti langkahnya menuju mobil Pras.

Tak lama kemudian keduanya meluncur keluar dari area kampus. Setelah beberapa lama saling diam, Pras memulai pembicaraan. “Kamu suka Nathan?”. “Nathan? Engga, aku baru juga kenal”, ucap Reina dengan nada sinis, padahal dalam hatinya dia kaget setengah mati. “Apa maksudnya ni org ngomong gitu?”, batin Reina. “Nathan sudah jadi Idola sejak kecil makanya engga heran kalo banyak perempuan suka dia. Aku sempat lihat foto kamu di Tab nya Nathan. Dia tidak tau kalo aku lihat foto kamu, karena aku engga sengaja melihat Tab nya yg  ketinggalan di mobilku. Dia sering pakai mobil ini karena dia bilang mobil ini enak dipakainya. Dia sepupuku dan sahabat baikku”, jelas Pras yang seakan tau pikiran Reina. “Kenapa dia engga datang waktu kita tunangan?”, tanya Reina. “ Kan kita tunangan juga dadakan di Rumah Sakit waktu papa di rawat. Aku si sampai sekarang masih yakin kalo papa waktu itu cuma akal-akalan aja kena serangan jantungnya biar kita setuju atas perjodohan ini”, ujar Pras serius. “Loh kalo kamu yakin kenapa kamu mau ditunangkan sama aku?”, tanya Reina keki. “Hmm aku takut aja kalo emang bener-bener papa kena serangan jantung lagi kalo aku nolak apalagi saat itu uda banyak keluarga kita yang kumpul dan aku lihat kamu juga engga ngomong apa-apa. Ya aku pikir oke lah, aku akan jalanin dulu dan kurasa kamu enak diajak kerjasamanya. Itu si penilaian aku waktu pertama kali ngobrol sama kamu”, ujar Pras. “Kalo aku nilai kamu tu super jutex karena kayanya kamu engga nyaman ngobrol sama aku. Aku juga sebenernya mau nolak waktu itu cuma Yanda menyuruhku untuk mencoba dulu demi om Ryan, apalagi aku juga engga tega liat om Ryan berbaring tak berdaya gitu. Kalo tau besoknya dia langsung seger buger mah aku pasti dah tolak kamu”, ujar Reina santai. Dia melirik ke arah Pras yang sempat melihat ke arahnya dengan senyum kemenangan. Pras mengacak-ngacak rambut Reina lembut dengan tangannya. “Hei lihat ke depan dong kalo nyopir, masalahnya kamu lagi bawa aku juga”, ujar Reina keki sambil membereskan rambutnya. Pras tertawa kecil. Tak lama mobil memasuki rumah yang dijadikan panti asuhan. “Kenapa ke sini?”, tanya Reina heran. “Aku mau menemui seseorang dulu. Nanti aku kenalkan. Tapi jangan bilang sama dia dulu ya kalo kita tunangan”, pinta Pras memohon sambil melepaskan cincinnya dan dimasukkan ke kantong celananya. Pras keluar mobil dan diikuti oleh Reina. Di pintu masuk panti keluar gadis cantik dengan rambut sebahu menyambut Pras. Setelah memeluk Pras, dia melihat ke arah Reina dan matanya kembali seperti mencari-cari orang. “Nathan engga bisa ikut. Temannya ada yang masuk Rumah Sakit, dadakan. Emang dia engga telp kamu?”, jelas Pras seakan tau pandangan gadis itu. Gadis itu menggeleng lalu dia melihat ke arah Reina. “Ini Reina, temanku dan Nathan, dia juga anaknya kawan lama papa”, jelas Pras lagi. “Hai aku Requele”, gadis itu menyodorkan tangannya kepada Reina. “Reina”, sambut Reina tersenyum. “Mari duduk, sorry ya tempatnya sangat sederhana”, ujar Requele mengajak tangan Reina untuk duduk di sofa di teras rumah panti itu. Tak lama seorang ibu datang dengan 3 gelas teh hangat. Requele bangkit dan mengambil gelas-gelas diatas nampannya dan menaruhnya di atas meja. “Ini Reina, bu. Dan Reina ini Ibu Maya pemilik panti ini”, ujar Requele mengenalkan. Ibu Maya menyodorkan tangannya dan disambut hangat Reina dengan senyum manisnya. Pras selalu menatap Reina dan dia salah tingkah waktu tau Requele melirik kepadanya. “Mari diminum nak, maaf hanya ada air saja”, kata ibu Maya ramah. “Ibu tinggal dulu ya soalnya masih ada yang harus dikerjakan dibelakang”, ujar ibu Maya pamit dan kemudian melangkah masuk. “Kenapa si ribet ini ke sini si? Siapa cewe ini? Kenapa aku engga boleh kasih tau aku tunangan Pras?”, batin Reina sambil duduk diatas sofa. “Eh, aku bawa barang yang kemaren aku bilang, sebenernya Nathan yang tolong aku belikan tadi”, kata Pras sambil berjalan menuju bagasi mobilnya dan mengeluarkan banyak sekali bungkusan dari dalam bagasi mobil. Sepertinya pakaian dan tas sekolah anak-anak. Requele membantu Pras membawa barang-barang itu sementara Reina hanya mematung di tempat duduknya. Dia hanya melihat saja sementara Pras dan Requele meninggalkannya sendiri duduk di sofa depan. Kemudian ada gadis kecil yang manis menghampiri Reina. “Kakak siapa? Kakak cantik sekali”, katanya polos. Reina tersenyum pada gadis kecil itu. “Aku Reina, temannya kak Pras. Kamu siapa?”, tanya Reina ramah. “Aku Wendy kak. Aku anak panti ini”, ujarnya ramah. Lalu Wendy duduk di sofa samping Reina. Reina mengeluarkan beberapa batang permen lolypop dari tasnya. Cadangan permennya selalu ada di dalam tasnya. “Buat aku?”, tanya Wendy polos. “Iya, tapi jangan dimakan sendiri ya, nanti sakit gigi.  Bagikan dengan teman lain”, ujar Reina ramah. Wendy sangat senang menerima permen-permen itu dari Reina lalu dia berlari masuk ke dalam dan kemudian terdengar kegaduhan. Tapi tak lama kembali sunyi lagi. Pras sudah ada di depan pintu dan sedang menatap Reina dengan senyumnya. “Kayanya permen itu akan selalu ada ya ditas kamu”, katanya sambil kemudian duduk di samping Reina. “Makasih ya sayang”, ujarnya lembut. Reina mencibir. “Sayang?? Aduh kayanya mau ujan gledek ni”, sindirnya. Pras kembali tertawa kecil dan mengacak rambut Reina lagi dengan lembut. Requele ternyata sudah ada dipintu dan memandang heran ke mereka. Pras lalu salah tingkah. Gadis itu tampak sudah rapi untuk pergi, terlihat dia sudah mengganti pakaiannya dan sudah sedikit memoleskan make up dimukanya. Tas dan sepatunya pun sudah ia gunakan sambil tangannya memegang kunci mobil. Mobil yang terparkir disamping mobil Pras. “Aku duluan ya, mau jemput Nathan di Rumah Sakit, tadi dia telp minta di jemput kamu tapi mending aku aja ya yang jemput”, kata Requela pada Pras. Pras mengangguk. “Ya uda, kamu yang jemput lagian aku juga harus anter nyonya ini dulu pulang”, tunjuknya ke arah Reina. “Nyonya?”, cibir Reina. “Aku duluan ya”, pamit Requele lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobil Requele menghilang, Pras tampak masuk ke rumah dan berpamitan dengan ibu Maya. Lalu dia kembali menghampiri Reina yang masih duduk ditempatnya. “Yuk pulang. Kamu mau kemana? Aku antar”, ujarnya lembut. “Aku mau pulang aja deh. Perlu pamit engga?”, tanya Reina. “Engga usah, tadi aku dah pamitin sekalian”, ajak Pras lalu menggandeng tangan Reina dan mengajaknya masuk ke mobilnya. Tak lama mobil itu kembali meluncur menuju rumah Reina.

Setan Mimpi

Heru sedang menunggu utk loading barang kiriman. Heru bekerja sebagai sopir mobil box kiriman barang pada suatu perusahaan expedisi di Jakarta. Saat itu ia sdg bertugas pada shift malam yg hrs mengangkut barang edaran utk pagi harinya. 

Sekitar jam 11an malam, dia berkumpul bersama teman-temannya sesama sopir dan teman-temannya bercerita tentang pengalaman misteri mereka yang mereka alami saat sedang menunggu loading barang pada tempat mereka bekerja sekarang. Ada yg bercerita saat dia sedang buang air kecil sembarangan di pohon dekat parkiran mobil box, tiba-tiba di depannya berdiri sesosok mahluk yg hitam tinggi besar menyeringai seram sehingga teman heru ini langsung lari sampai lupa menutup celananya. Ada lagi yg bercerita, saat sedang BAB di toilet, tiba-tiba turun dari atas sesosok miss kunti yg tertawa-tawa dan membuat dia pingsan di tempat kejadian. Pada saat itu Heru hanya menanggapinya dengan tersenyum dan berkata, "Alhamdulillah gw mah belum pernah diganggu". Karena sdh terlalu larut, Heru dan teman2nya masuk ke mobil box masing2 utk istirahat sejenak sebelum mulai bekerja. 


Saat tidur itu, Heru bermimpi ada sesosok mahluk yg menyeramkan dengan wajah bercaling dan tubuh yg besar masuk ke dalam mobil box nya dan berkata padanya, "Hei, loe jangan belagu deh di sini. Jangan macem-macem deh loe". Didlm mimpinya Heru berkata ke setan itu, "Gw ngga mau macem-macem. Gw disini cuma mau kerja aja kok". Setan itu marah dan berusaha memukul Heru. "Jangan byk omong deh loe". Heru berhasil menghindar dan Setan itu tambah marah. Entah dari mana, dlm mimpi Heru memegang suatu benda, dia agak lupa benda itu, sepertinya pedang atau semacam tongkat, lalu dia pukulkan ke arah setan itu dan kena sehingga setan itu berdarah dari kepalanya dan setan itu lalu terbang keluar dari mobil boxnya. Saat bersamaan Heru terbangun dari tidurnya karena dibangunkan security utk siap-siap loading barang.

Heru langsung bangun dan menyopiri mobil boxnya mengantri utk loading barang. Saat sedang menunggu, temannya yg menjadi kenex melihat ke arah atap mobil box dan langsung berteriak, "Heru, diatas mobil box loe ada darah tu. Byk banget". Heru langsung melihat ke atas mobil boxnya dan ia benar2 melihat banyak sekali ceceran darah. "Mgk tinta kali, coba deh di siram pake air. Buyar ngga? Kalo Buyar berarti tinta. Kalo engga berarti darah. Tapi darah apaan ya? Kok diatas mobil gitu?" katanya kepada temannya. Oleh teman keneknya lalu disiram dengan air dan darah itu tdk buyar. Heru mecolek dengan tangannya dan memastikan kalo itu memang darah. Langsung ia teringat mimpinya dan ia menceritakan mimpinya ke teman-temannya yg lain. "ALhamdulillah gw masih dilindungi ALLAH", katanya dlm hati.

Misteri Rumah Kontrakan

Hallo, Aku mau cerita tentang pengalaman hubbyku. 

Sekitar tahun 1999 hubbyku mengalami kecelakaan saat pulang apel dari rumahku, motornya dijegal orang, dia luka2 tapi motornya masih selamat, hanya rusak di beberapa bagian akibat terjatuh dan terlindas mobil. Malam itu hubbyku akhirnya menginap di rumahku dan esoknya ia aku antar dengan angkot ke rumahnya yang lumayan jauh. Rumahnya ini belum lama dikontrak keluarga hubby ku.

Singkat cerita, malamnya setelah dibalur obat2an tradisional oleh mertuaku, hubbyku mau tidur, tapi tiba2 lampu rumah padam. Hubbyku karena sedang sakit hanya berbaring saja karena dia pikir memang sedang ada pemadaman lampu. Tak berapa lama dia mendengar ada suara2 orang baris-berbaris. Saat itu dia tak berpikir macam2 karena memang di depan rumahnya ada lapangan luas yang biasa dipakai untuk main bola oleh orang2 komplek itu. Kemudian ia mendengar ibunya membaca ayat2 suci Al Quran dengan nada tinggi. Dia heran. Dengan tertatih ia berusaha melihat ke jendela.


Astagfirullah, ternyata di depan rumahnya tiada orang yang berbaris, karena lapangan itu sepi2 saja di malam itu, padahal ia masih mendengar jelas suara2 orang berbaris. Untuk memastikan lagi, dia berjalan ke luar rumah. Saat membuka pintu, ada angin yang sangat kencang menerpa hubbyku. Dia melihat sekeliling, lampu2 di rumah tetangganya hidup dan suara2 itu hilang. Dia lihat ke arah lapangan tidak ada orang di sana. Lalu ia menyalakan listrik yang ternyata saklarnya turun. Hubbyku masuk lagi dan setelah mengunci semua pintu, ibunya baru cerita kalo kejadian seperti ini bukan kali ini saja.

Adik hubbyku yang perempuan pernah diperlihatkan disekeliling rumah itu penuh dengan kuburan, dan kakak hubbyku saat sedang berzikir, cermin gantung yang lumayan besar disampingnya bergoyang2 cukup lama. Kalo memang tersenggol tapi oleh siapa, karena saat itu kakak hubbyku hanya sendiri di kamar dan kaca itu agak jauh dari tempat kakak hubbyku berzikir.

Selidik punya selidik, ternyata bukan hanya keluarga hubbyku aja yang diganggu, pengontrak2 sebelumnya juga sering diganggu mahluk halus di rumah itu makanya mereka paling lama hanya menempati rumah itu sekitar 1 atau 2 bulan padahal rumah itu harus dibayar tahunan. Keluarga hubbyku juga hanya bertah
an sekitar 6 bulan karena gangguan mahluk2 itu yang amat mengganggu.

Bahasa Alay


Sekarang banyak anak-anak muda memakai bahasa yang sulit dimengerti untuk orang-orang awam. Biasanya mereka menggunakan bahasa ini untuk mempersingkat pesan mereka di HP agar tdk terlalu banyak  mengeluarkan biaya untuk terkirimnya pesan tsb. Dibawah ini terdapat beberapa kata dari kamus bahasa alay :

Add : Et, Ett
Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q, aq, akko, akkoh, aquwh
Anak (enak): Nax, Anx, Naq
Apa : Pa, PPa, uppu, apva, aps
Banget : Bangedh, Beud, Beut
Baru : Ru
Belum : Lom, Lum
Benci : bNcHi
Bobo (tidur) : bU_bU, bhubu, bubbu
Boleh : Leh
Buat : Wat, Wad
Cakep : Ckepp
Capek : Cppe, Cpeg
Cewek : Cwekz, cc
Chat : C8
Cowok : Cwokz
Cuekin : Cuxin
Curhat : Cvrht
Deh : Dech, Deyh
Dong : Dumz, Dum
Dulu : Duluw
Gitu : Gtw, Gitchu, Gituw
Gue : W, Wa, Q, Qu, G
Hai : Ui
Halo : Alow
Imut : Imoetz, Mutz
Ini : Iniyh, Nc, nie, ne, ni
Kakak : Kakagg, kk
Kalau : Kaluw, Klw, Low, Loq
Kalian : Klianz
Kamu : Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh, qMo
Kan : Khan, Kant, Kanz
Karena/Soalnya : Coz, Cz
Kenal : Nal
Keren : Krenz, Krent
Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo
Khusus : Khuzuz
Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
Kurang : Krang, Krank
Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
Loh : Loch, Lochkz, Lochx
Love : Luph, Luff, Loupz, Louphh
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Lupa : Lupz
Maaf : Mu'uv, Muupz, Muuv
Main : Men
Makan : Mumz, Mamz, mu’umhz
Manis : Maniezt, Manies
Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Mengeluh : Hufft
Nggak : Gga, Gax, Gag, Gug, Gz
Nih : Niyh, Niech, Nieyh
Nya (kata sambung): misalnya -> jadi misalna, misal'a, misal.a
Paling : Plink, P'ling
Pasti : Pzt
Punya : Pya, P'y
Reply : Repp
Rumah : Humz, Hozz
Saja : Ja, Ajj, Za
Salam : Lam
Sayang : Saiank, Saiang
Sempat : S4
Senang : cNeNk
Setiap : Styp
Siapa : Sppa, Cppa, Cpa, Spa
Sih : Siech, Sieyh, Ciyh, cih
SMS : ZMZ, XMX, MZ
Sorry : Cowwyy, Sowry
Tapi : PPi, tPhE, tpi, pii
Tau : Taw, Tawh, Tw, tHwO
Telepon : Tilp
Tempat : T4
Terus : Rus, Tyuz, Tyz
Tiap : Tyap
Tuh : Tuwh, Tuch
Udah : Dagh
Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
Yang : Iank/Iang, Eank/Eang
Yuk : Yuq, Yuqz, Yukz